Ustadz Abdul Somad

Simak Ceramah Ustaz Abdul Somad yang Pertama Kali Direkam, Dalam Format Suara MP3

Ceramah-ceramah Ustadz Abdul Somad bisa disaksikan melalui video di Youtube hingga live streaming di Facebook.

Penulis: Sesri | Editor: Sesri
SERAMBINEWS.COM/BUDI FATRIA
Ustaz Abdul Somad mengisi tabligh akbar di Lapangan Tugu Darussalam, Banda Aceh, Selasa (3/7/2018). 

Maka, masukkan lah anak ke sekolah agama, ada Gontor 7 di jalan ke Kampa, Darel Hikmah, Babussalam dan As-Shofa, atau IBS arah asrama tentara. Memang agak mahal biaya, minimal pelajaran agama ada 5. Menjadi bekal dari muda ke tua. Andai tersesat boleh kembali semula, mereka akan jadi pemimpin bangsa.

Dari presiden sampai Pak KUA, kita semua akan binasa, harta tiada dibawa serta, doa anak saleh jua lah yang mengalir ke kita.

Tepak sirih merah merona, gambir, kapur dan pinang tua mulut mengunyah bermasam muka. Tanda ludah sedang merasa. Pahit, kelat dan pedar ada. Semua mesti ditelan sama, pertanda hidup berumah tangga.

Makan dan duduk memasang kenanga, jemputan hadir saudara mara. Berzanji dibaca merhaba, tuan mufti membaca doa, air mata bahagia ayah dan bunda, menanti cucu penyejuk mata. Di sanalah bahagia berpunca.

Tapi kini semua tak ada, akad menjadi majlis duka. Karena marah menghujam dada, rusak sudah pemudi pemuda, amuk dan hamun mengisi acara. Mereka tak salah jua. Karena diam kitalah bencana mereka.

Banyak orang bertanya-tanya, siapa lah agaknya menulis kata-kata berbingkai makna? menyentuh rasa hati dan kepala, bila pula dia menulisnya? Jawabnya, siapa lagi kalau bukan Datuk Seri Ulama Setia Negara. Ditulis saat dalam perjalanan dari Jakarta di dalam pesawat garuda.

Tapi bila malaikat maut tiba, pangkat dan kuasa tak lagi bermakna, hanya iman dan amal saleh jua yang akan dibawa serta. Tinggalah rumah besar bertingkap kaca, anak menantu, sahabat dan tetangga, kait songket berbaju sutra, cincin emas dan batu permata, rubi, zambrud dan batu permata.

Kalau ada tangan yang pernah menyapu air mata, orang susah dan miskin papa, kepala anak yatim tiada berbapak, itulah yang akan dibawa serta.

Apa tanda Melayu menyapa, lemah lembut bertutur kata, apa tanda Melayu beragama, takut pada Allah semata, apa tanda Melayu bernegara tetes darah asal jangan hina.

Kalau memang datang menyapa saat tanah pusara sudah merata, anak, menantu, jiran tetangga tak akan mau ikut serta. Tinggal lah diri sebatang kara. Bila sampai masanya tiba, anak berbisik ke pangkal telinga, buah hati belaian jiwa berkata: Lailahailallah azza wajalla.

Di bagian akhir kalimat itu nada suara Abdul Somad terdengar berat karena menahan air mata. Suaranya itu terdengar hingga dia menutup salam, mengakhiri syairnya. Hadirin yang melihat Ustadz Abdul Somad haru itu juga ikut terharu.

"Ini bentuk pembelaan yang diberikan untuk anak mereka (Somad) yang cinta negara dan cinta Melayu,"ujar Ustadz Abdul Somad disaat ditanya makna gelar yang diberikan LAM kepadanya.

Menurut Somad ada tanggung jawab besar yang akan diembannya setelah menerima gelar kehormatan ini pertama peduli dan semakin cinta terhadap negara dan memajukan pendidikan agama untuk mencetak banyak ustadz.

"Ini tanggungjawab besar untuk peduli negeri ini. Peduli terhadap negara ini jangan hanya teriak cinta-cinta saja namun apa buktinya harus jelas, "ujarnya.

Kemudian Ini satu bentuk respon LAM kepada dunia pendidikan dukungan dan motivasi agar pendidikan agama islam semakin maju di Riau.

"Pengusaha banyak politikus banyak dan perlu ada banyak ustadz, dan ini bentuk dukungan LAM untuk pendidikan," ujarnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved