Info Kesehatan
Ssstt. . . Ternyata Sperma Terbaik Itu Memiliki Jadwal Lho. Waktunya Berhubungan Intim!
Begitulah hasil sebuah penelitian yang menyebutkan jadwal sperma sedang dalam performa tinggi.
Meski belum pasti alasannya, tetapi para peneliti menduga karena bulan Juni adalah masa tanam dimana para petani menggunakan pestisida, racun ini kemudian menyebar ke udara dan terisap.
Kasus yang paling banyak ditemukan adalah spina bifida (tulang belakang tidak terbentuk sempurna) dan kematian mendadak pada bayi.
Hasil penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Society for Reproductive Medicine ini juga menyebutkan, waktu terbaik untuk pembuahan adalah Desember.
Tetapi mengenai alasan yang lebih pasti, para peneliti belum menemukannya. Mungkin karena di bulan Desember, masyarakat berbahagia meraya kan liburan akhir tahun.
Menurut penelitian itu pun, pembuahan pada bulan Desember menghasilkan kelahiran tiga bayi lebih banyak per 200 kehamilan.
Meski demikian, kita perlu bijaksana dalam menanggapi hasil penelitian tersebut. Seperti diterangkan dr. Boy Abidin, SpOG, penelitian tersebut dilakukan di negara-negara yang memiliki empat musim (panas, dingin, gugur, semi), sementara di Indonesia hanya ada dua musim (kemarau dan hujan).
Baca: Jadwal Sholat Hari Ini Untuk Kota Pekanbaru dan Sekitarnya, Kamis, 31 Januari 2019
Baca: Saya Sudah Ngotot-ngotot, Dah Capek Saya, Inspektorat Siak Mengeluh Banyak Kontraktor Bandel
Baca: Crosser Cilik Siak Terancam Kesulitan Ikut Kejuaraan, Keluarga Kelimpungan Cari Sponsor

Jika di sana musim panasnya (matahari muncul) berlangsung pada bulan tertentu saja, maka di Indonesia sepanjang tahun ada matahari dan aktivitas tidak berubah.
"Memang benar, salah satu persyaratannya adalah sperma harus aktif, tetapi jumlahnya juga harus mencukupi dan bentuknya pun harus baik," terang dr. Boy.
Ditambah lagi, kondisi rahim si wanita juga sehat, saluran ke sel telur baik, sel telur pun sudah matang dan siap dibuahi, serta hubungan intim yang dilakukan di masa subur.
"Jadi, kalau dilakukan di bulan Juli-Agustus, tetapi persyaratan persyaratan ini tidak terpenuhi, si wanita tetap akan sulit hamil," tambah dr. Boy.
Selain itu, kualitas sperma juga ditentukan banyak hal. Misalnya, kondisi hormon pria, kondisi lingkungan buah zakar, asupan nutrisi, kondisi kesehatan, pola dan gaya hidup, serta lainnya.
Baca: TERUNGKAP, Rp 1,7 Triliun Temuan BPK di Riau Belum Ditindaklanjuti, Hasil Inventarisir BAP DPD RI
Baca: Polri Sebut Empat Daerah Rawan Keamanan Pileg 2019, Ini Dia Daftarnya
Baca: Polri Selidiki Dugaan Pidana Indonesia Barokah, Panggil Sejumlah Saksi Hingga Ahli
Sebenarnya, menurut dr. Boy, bila kita ingin membuktikan apakah penelitian tersebut bisa diaplikasikan di Indonesia, tidaklah sulit.
"Kita bisa menghitung angka kelahiran di bulan April-Mei. Jika kelahiran di bulan ini meningkat, bisa saja penelitian tersebut memang benar," katanya.
Kenapa kelahiran di bulan April-Mei? Bila dihitung dari pembuahan di Juli-Agustus, maka sembilan bulan ke depan, bayi akan dilahirkan, yakni di April- Mei.
"Tetapi saya belum membaca data kalau di bulan ini kelahiran bayi meningkat," lanjut dr. Boy.
Sementara jika pembuahan di bulan Juni yang katanya rentan dengan kelainan dan gangguan penyakit, mungkin karena di bulan tersebut sedang terjadi masa tanam bisa saja diterima.
Namun, jelas dr. Boy, ini masih dalam anggapan dan perkiraan yang belum diteliti lebih lanjut.
Namun yang jelas, kelainan pada bayi disebabkan oleh banyak hal, sangat kompleks, dan butuh penelitian lebih dalam. (*)