Ustaz Abdul Somad

Nama Ustaz Abdul Somad Disebut dalam Seminar Australia di Universitas Monash, Ini yang Dibahas

Ustadz Abdul Somad (UAS), menurut pandangan Prof Julian, merupakan generasi kedua dai yang coba memanfaatkan medsos dalam berdakwah.

Editor: Muhammad Ridho
capture youtube
ustaz abdul somad dibahas di seminar australia 

Nama Ustaz Abdul Somad Disebut dalam Seminar Australia di Universitas Monash, Ini yang Dibahas

TRIBUNPEKANBARU.COM - Ustaz Abdul Somad (UAS) dibahas dalam seminar yang dihelat di Monash University, Melbourne, Australia.

Seminar yang dihadiri pakar studi Islam Prof Julian Millie dan dosen hukum Islam Dr Nadirsyah Hosen tersebut bertema "Are Muslim preachers pushing Indonesian politics to the right?

Seminar itu menghasilkan benang merah, yakni fenomena kemunculan para dai populer, seperti Ustaz Abdul Somad, menandai pergeseran media dakwah di Indonesia dengan memanfaatkan media sosial. 

Menurut Prof Julian Millie, popularitas para dai tersebut tampaknya melatarbelakangi upaya Pemerintah RI untuk membuat sejumlah aturan.

Mulai dari pelarangan organisasi HTI pada 2017, sertifikasi dai, hingga daftar 200-an dai yang diakui pemerintah melalui Departemen Agama.

Baca: Tulis Ayat Al Quran pada Undangan, Berikut Hukumnya Dalam Islam dan Penjelasan Ustaz Abdul Somad

Baca: Subcribers Ustaz Abdul Somad di Youtube Tembus 1 Juta, Bukti Dakwah Lewat Internet Sangat Efektif

 Photo: Ustadz Abdul Somad merupakan sosok dai yang popularitasnya membuat politisi berupaya menariknya ke pentas politik. (Twitter: @Tafaqquh Online)

"Ini merupakan perkembangan menarik, mengingat Indonesia sebenarnya relatif menikmati kebebasan sejak jatuhnya Soeharto," kata Prof Julian.

Salah satu dai populer Ustadz Abdul Somad (UAS), menurut pandangan Prof Julian, merupakan generasi kedua dai yang coba memanfaatkan medsos dalam berdakwah.

Dia memaparkan bagaimana tim di balik popularitas UAS bekerja secara tersistematis menayangkan ceramah-ceramahnya ke medsos setiap hari.

"Selain itu, banyak orang lain yang juga memposting ulang ceramah-ceramah Abdul Somad di berbagai medsos," ujarnya.

"Konten dalam industri ini juga sangat mudah, sebab dai tersebut hanya bicara dan bicara," tambahnya.

Baca: Prabowo Jenguk Ahmad Dhani di Rutan Medaeng, Sebut Ada Penyalahgunaan Kekuasaan & Dendam Politik

Baca: Leli Tewas Dilindas Truk Tonton saat Kecelakaan Sepeda Motor & Truk, Ngeri Melihatnya, Ya Allah

Mengapa UAS sangat populer?

"Saya kira karena dia menampilkan Islam sebagai jawaban atas segala persoalan," ujar Prof Julian, yang banyak meneliti mengenai kehidupan pesantren di Indonesia.

Hal itu dilakukan dengan cara mengupas persoalan sehari-hari yang dialami umatnya secara apa adanya, dan dibarengi banyak humor.

"Saya melihat orang juga menyukai Abdul Somad karena personal stylenya, gaya bicaranya sebagai orang Melayu dari Riau," kata Prof Julian seperti dilaporkan wartawan ABC Farid M. Ibrahim.

Photo: Pengamat Australia menilai Ustadz Abdul Somad popular karena menawarkan Islam sebagai jawaban atas segala pertanyaan umat. (Instagram: ustadzabdulsomad)

Sementara itu, Nadirsyah Hosen membuat kategorisasi para dai konservatif yang belakangan ini popular di Indonesia.

Menurut Nadirsyah yang juga pengurus NU di Australia, ada delapan kelompok dai konservatif.

"Pertama, dai mualaf seperti Steven Indra Wibowo, Irene Handono dan Felix Siauw, yang berkecenderungan menyerang agama lama mereka," kata Nadrisyah.

Kategori kedua, menurut dia, yaitu dai yang beraifiliasi dengan ormas Islam kecil di luar Muhammadiyah dan NU, seperti Riziek Shibab (FPI), Zaitun Rasmin (Wahdah Islamiyah), Bachtiar Nasir dan Tengku Zulkarnain.

"Yang ketiga adalah dai-dai dari HTI dan kategori keempat dai-dai dari PKS," ujarnya.

Baca: 5 Fakta Lahan Ribuan Hektar Prabowo, Jusuf Kalla: You Beli Tapi Cash, Tidak Boleh Utang

Baca: Ramalan Zodiak Hari Ini, Rabu 20 Februari 2019: Emosi Scorpio Sedang Meledak, Gemini Subjektif

Baca: Karhutla di Dumai Habiskan 18 Hektar Hutan dan Lahan, Proses Pendinginan Makan Waktu Lama

"Kategori kelima yaitu dai salafi seperti Khalid Basalamah dan Firanda, yang merupakan bagian dari gerakan Wahabi," kata Nadirsyah.

Dosen yang juga merupakan aktivis NU ini menyebut kategori keenam yaitu para dai konservatif NU Garis Lurus seperti Lutfi Basori dan Najih Maimoen.

"Kategori ketujuh yaitu para dai selebriti yang sudah \'hijrah\' seperti Arie Untung, Peggy Melati Sukma dan Teuku Wisnu," ucapnya.

"Kategori kedelapan yaitu para dai individual yang sangat populer seperti Abdul Somad dan Arifin Ilham," tambah Nadirsyah.

Dia mengingatkan, terlalu naif untuk menggeneralisasi kelompok-kelompok dai ini dalam satu kategori.

Pasalnya, menurut Nadirsyah, mereka mengambil sikap berbeda terhadap isu-isu yang berbeda seperti isu kekhalifahan Islam, negara Islam, Pancasila, gerakan 212, penerapan hukum syariah, serta aktivitas politik seperti Pilpres saat ini.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Universitas Monash Australia Bahas Fenomena Ustadz Abdul Somad

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved