Mengaku Kerap Disiksa, Kakak Beradik Ini Kabur dari Rumah, Tak Mau Pulang karena Takut Dibunuh
Kakak beradik ini kabur dan tak ingin pulang ke rumah karena takut akan dibunuh orangtuanya. Kini kedua bersembunyi
Namun rintangan mulai menghadang setelah mereka tiba. Di Hong Kong, mereka ditemui oleh sejumlah orang tak dikenal, dengan salah satunya membujuk mereka supaya bersedia kembali ke Riyadh.
Orang-orang itu mengatakan penerbangan mereka menuju Melbourne telah dibatalkan, dan diketahui mereka berasal dari Konsulat Saudi di Hong Kong.
Kakak beradik itu menduga, orangtua mereka melacak menggunakan Absher. Sebuah aplikasi dari pemerintah Saudi untuk mengetahui kegiatan kerabat perempuan.
Mereka mencurigai ayahnya melacak melalui nomor paspor yang tertera di aplikasi sehingga bisa melihat nomor penerbangannya.
Baca: Istilah Unicorn sempat Populer, Kini Muncul Istilah UNIKOP yang Dikenalkan Sandiaga Uno, Apa Itu?
Selain itu, keberadaan pejabat konsulat diduga berasal dari si paman yang mempunyai koneksi dengan pemerintahan.
Takut mereka bakal "diculik", keduanya memutuskan untuk memasuki Hong Kong sebagai wisatawan, dan terus bersembunyi hingga saat ini.
Keduanya berkata sudah diberi tahu pengacara bahwa paspor mereka sudah disita sejak November 2018, membuat statusnya menjadi stateless atau tanpa negara.
Reem dan Rawan menyatakan mereka sangat takut jika kembali ke Saudi, mereka terancam menghadapi kemurkaan keluarganya.
"Entah kami bakal dibunuh karena dianggap mencemarkan keluarga ataukah kami bakal dinikahkan secara paksa," tutur Reem.
Baca: 15 Kapal Terbakar di Pelabuhan Muara Baru, 2 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit
Selain itu karena mengaku sudah meninggalkan Islam, mereka mengaku khawatir bakal dijatuhi dengan hukuman mati oleh Saudi.
Michael Vidler, pengacara kakak beradik itu menjelaskan Hong Kong bakal menoleransi keduanya setidaknya hingga 28 Februari mendatang.
Setelah itu mereka terancam menghadapi deportasi. Karena itu, mereka berharap bisa memperoleh status suaka di negara lain.
Kepada AFP, keduanya mengaku harus hidup dengan rasa cemas dan pola makan yang buruk karena berbekal mie instan serta roti panggang.
Dia mengutarakan harapannya untuk hidup bebas dan mempunyai hobi karena selama di Saudi, dia mengaku selalu dikurung di dalam rumah.
"Kami tidak mempunyai banyak teman atau aktivitas luar ruangan. Jadi, saya ingin melakukan apa yang saya sukai jika bebas," terangnya.
Kasus Reem dan Rawan berlangsung sebulan setelah remaja 18 tahun bernama Rahaf Mohammed al-Qunun secara dramatis kabur dari keluarganya dan kini mengungsi di Kanada.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kakak Beradik yang Bersembunyi di Hong Kong Ini Takut Bakal Dibunuh jika Kembali ke Saudi",
