Kisah Militer

Kisah KSAU Marsekal Yuyu Sutisna Terjebak Awan Cumulonimbus Saat Terbangkan Jet F-5E dari Pekanbaru

Zaman awal kemerdekaan Republik Indonesia, alat utama sistem persenjataan (Alutsista) belum maksimal, dan masih minim.

Editor: Ilham Yafiz
FOTO/KOMPAS.COM
Pesawat tempur F-16, F-5 Tiger, dan Hawk 100/200 

Kepala Staf Angkatan Udara ( KSAU ), Marsekal Yuyu Sutisna, yang dulu merupakan pilot F-5E, mengatakan perlu keahlian khusus menerbangkan si Freedom Fighter.

"Bentuknya sangat ramping sehingga kecepatannya tinggi dan harus pas mengatur pendaratan. Sangat mudah terjadi over shoot-melewati pendaratan-sehingga pesawat celaka," kata Yuyu.

Yuyu juga mengalami era transisi di mana F-5E diupgrade kemampuannya dari sistem analog ke komputerisasi.

Program upgrade kemampuan itu diberi nama Modernisation of Avionics Capabilities for Armament and Navigation (MACAN).

Pemenang kontrak adalah SABCA, sebuah perusahaan Belgia. Pada 1995, dialokasikan waktu 18 bulan untuk memodernisasi F-5E Tiger.

Namun Yuyu mengkisahkan ada keterlambatan waktu modernisasi karena kendala pembuatan konfigurasi sistem avionik yang harusnya selesai tujuh bulan malah molor sampai dua tahun.

"Saya adalah salah satu penerbang yang menguji dan menerbangkan pesawat program MACAN tersebut. Pesawat ini unik, bisa start scramble dengan satu mesin, lalu menjelang take off menyalakan mesin kedua," kata Yuyu Sutisna.

Yuyu juga menceritakan bagaimana ia bersama pilot F-5E Tiger lainnya pernah terjebak awan badai (Cumulonimbus) di atas Perairan Laut Jawa Utara Cirebon ketika terbang dari Pekanbaru ke Lanud Iswahjudi, Madiun.

"Selama tiga-empat menit kami terjebak Cumulonimbus. Bahkan, pesawat yang diterbangkan Errys Heryanto dihantam petir di bagian ekor. Pesawat anjlok dari ketinggian 37.000 kaki (10,6 kilometer) ke 13.000 kaki (4.000 meter). Kami tidak bisa saling berkomunikasi dan saling menjaga heading arah pesawat agar tidak bertabrakan," kata Yuyu.

Semenjak didatangkan pada 21 April 1980, F-5E Tiger selalu dilibatkan dalam segala operasi militer maupun pengamanan yang dilakukan oleh TNI AU.

Pernah tepatnya pada 3 November 1989 Mayor Dradjad Rahardjo dan Letda Agung Sasongkojati sebagai juru kamera menerbangkan F-5E Tiger.

Misi mereka ialah merekam penembakan rudal penghancur kapal Harpoon ketika terbang menuju target.

Gila memang, F-5E harus memacu kecepatan sampai 0,93 Indicated Mach Number atau 1.000 Km per jam membuntuti laju rudal Harpoon.

Salah sedikit saja dalam perencanaan operasi tersebut, fatal akibatnya, karena senggolan bisa saja terjadi antara rudal dan F-5E. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Kisah Pilot Tempur TNI AU, Naik Pesawat Tua, Disuruh Ngebut 1.000 Km/Jam Buntuti Rudal Harpoon, https://jambi.tribunnews.com/2019/03/26/kisah-pilot-tempur-tni-au-naik-pesawat-tua-disuruh-ngebut-1000-kmjam-buntuti-rudal-harpoon?page=all.

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved