Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Jadi Korban Kerusuhan Wamena, Sehari Sebelum Meninggal Dr Soeko Kirim SMS Berisi Potongan Ayat Kursi

Dokter Soeko Marsetiyo (53), yang menjadi salah satu korban jiwa kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Editor: Muhammad Ridho
Kompas.com
Dokter Soeko Marsetiyo (53), yang menjadi salah satu korban jiwa kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin 23/9/2019) 

"Setelah selesai masa bakti, kalau teman-teman yang lain itu kan biasanya terus mencari ke kota. Tetapi, dia keukeuh meminta untuk tetap di Papua lokasinya," tegasnya

Diakui Endah, keluarga pernah menanyakan kepada Soeko mengenai pilihannya bertugas di Papua.

Saat itu, Soeko menjawab jika tenaga dokter lebih dibutuhkan di Papua.

"Dia cuma (menjawab) di Semarang itu sudah banyak dokter, kalau aku di sini tidak ada gunanya, sudah banyak orang pintar. Kalau di sana (Papua) paling tidak aku bisa berbuat sesuatu, itu saja," ujarnya

"Bagi keluarga juga aneh, hidup di sini (Semarang) enak, kok tidak mau. Tapi ya keinginannya memang begitu," tambahnya.

4. Sempat dibujuk keluarga

Diakui Endah, kalau pihak keluarga pernah mencoba untuk membujuk Soeko.

Namun, anak nomor lima dari delapan bersaudara ini tetap bertekad bulat di Papua.

"Ya pasti (pernah membujuk), cuma jawabanya itu tadi, ke sini-sininya kalau ditanya dan dipaksa itu ya cuma senyum-senyum saja," katanya.

Masih dikatakan Endah, kakaknya tidak secara gamblang menjelaskan kepada keluarga alasan untuk tetap di Papua.

Secara pribadi, Soeko memang dikenal merupakan sosok yang lemah lembut.

"Enggak terlalu banyak bercerita tentang kenapa bertahan di sana, tetapi kalau melihat dari masyarakat Papua yang dekat dengan dia, nah itu nanti ketahuan. Teman-teman mengenal dia itu orang yang lemah lembut sebetulnya," jelasnya.

5. Sudah bertugas di Papua 15 tahun

Endah mengatakan, kakaknya sudah bertugas di Papua selama 15 tahun.

Selama bertugas di Papua, lanjutnya, lokasi tugas kakaknya berpindah-pindah tempat dan yang terakhir bertugas di Tolikara.

"Pokoknya di Papua itu sudah 15 tahun. Kira-kira sejak 2003 atau 2004," tambahnya.

Baca: Politisi Partai Demokrat Ini Bandingkan Cara Jokowi dan SBY Hadapi Demo Mahasiswa, Bawa-bawa Kerbau

Baca: Termakan Rayuan Pria Ganteng, Sejumlah Remaja Perempuan Rela Kirim Foto Syur & Tersebar di Medsos

Baca: Benny Wenda Ngotot Minta Australia dan PBB Bertindak , Prediksi Mabes Polri Benar Soal Rusuh Papua

6. Keluarga sulit berkomunikasi

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved