Berita Riau
Zero Fire Astra Agro, Menjaga Riau Tetap Cerah
Kebijakan zero fire ini juga mengantisipasi adanya faktor-faktor eksternal seperti panas ekstrim dan percikan api dari mana pun.
Zero Fire Astra Agro, Menjaga Riau Tetap Cerah
MUSIM kemarau selalu menjadi tantangan tersendiri bagi warga Riau terutama terkait dengan kebakaran lahan dan kabut asap.
Puncak kemarau diprediksi akan terjadi pada sekitar bulan Juli sampai Agustus dan sangat berpotensi akan munculnya titik-titik api yang perlu diwaspadai oleh semua pihak.
PT Astra Agro Lestari Tbk memiliki kebijakan Zero Fire atau tidak ada api.
“Zero fire artinya tidak hanya tidak membakar lahan akan tetapi tidak ada api sama sekali. Astra Agro sejak berdirinya 30 tahun lalu tidak mengenal membakar lahan,” ungkap Nazri Ikhwan, CDAM Area Riau.
Kebijakan zero fire ini juga mengantisipasi adanya faktor-faktor eksternal seperti panas ekstrim dan percikan api dari mana pun. Dengan demikian segala sesuatu yang dapat menyebabkan api akan dilakukan pencegahan dan pemadaman pada kesempatan pertama.

Dari segi personel, Astra Agro juga melibatkan seluruh karyawan untuk menjaga dan mengendalikan api.
“Satu orang setiap anak perusahaan kami di Riau memiliki seorang asisten fire untuk melakukan kegiatan manajerial dalam menangani api dari mulai perencanaan sampai dengan recovery,” lanjutnya.
“Pada saat keadaan darurat, seluluh karyawan dapat dilibatkan. Bahkan kegiatan bisa dihentikan untuk membantu menanggulangi kebakaran,” tegasnya.
Peralatan juga menjadi faktor penting. Astra Agro telah membangun puluhan menara pantau guna memantau adanya asap dan api. Unit-unit pemadam kebakaran terstandar juga terlihat bersiaga di pelataran parkir.
“Bahkan kami telah menyiapkan alat pemadam yang portable dan mobile agar kecepatan penanganan terpenuhi. Prinsipnya adalah mematikan pada kesempatan pertama," lanjutnya.

Astra Agro mengelaborasi kebijakan, personel, juga sarana yang ada dalam program yang terintegrasi.
“Menyikapi datangnya musim kemarau, perusahaan kami di Riau telah melakukan persiapan yang merupakan kelanjutan program dari tahun-tahun sebelumnya. Penguatan sarana dan tim penanggulangan menjadi inti dari persiapan yang telah kami lakukan. Disamping itu, kami terus melakukan kerjasama dengan MPA (Masya-rakat Peduli Api) yang telah dibentuk, untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan karhutla di desa-desa sekitar konsesi. Salah satu program baru yang kami laksanakan adalah pembentukan kelompok nelayan peduli lingkungan, yang mensinergikan antara pemenuhan kebutuhan ekonomi warga dengan program pencegahan karhutla”, papar Nazri.
Pembentukan Kelompok Nelayan Peduli Lingkungan muncul dari kesadaran dan kebutuhan bersama bahwa dari pengalaman masa lalu kebakaran lahan sering terjadi di sekitar sungai kemudian menjalar ke area yang lebih luas. Kelompok ini dibentuk di sepanjang sungai Kerumutan, beranggotakan para pencari ikan yang menetap di sepanjang sungai tersebut.
Sebagai pembina dari kelompok nelayan ini adalah PT. Sari Lembah Subur bersama-sama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Pelalawan dengan sasaran pokok untuk meningkatkan perekonomian nelayan sekaligus menjaga lingkungan sungai baik dari kebakaran lahan maupun kerusakan akibat penggunaan racun dalam menangkap ikan.
Program-program yang telah dijalankan diantaranya adalah penyuluhan/sosialisasi dari Dinas Perikanan tentang praktik penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan pemasaran hasil olahan ikan, sosialisasi dari PT Sari Lembah Subur tentang cara penggunaan alat-alat pemadam kebakaran portabel serta program patroli bersama.