Isi Lengkap Pidato Mendikbud Nadiem Makarim untuk Hari Guru, 'Pak Nadiem' Jadi Trending di Twitter

Kemendikbud mengunggah naskah pidato tersebut melalui laman resminya serta pada akun-akun media sosialnya, Sabtu (23/11/2019).

Editor: Sesri
(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim saat pelantikan menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Presiden RI Joko Widodo mengumumkan dan melantik menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju. 

"Walaupun bukan guru, tp membaca pidato menteri pendidikan dan kebudayaan membuatku melihat secercah cahaya di ujung lorong yg sangat, sangat, sangat gelap." tulis akun @clara_ng.

Lalu seperti apa isi pidato tersebut?

Berdasarkan naskah pidato yang diunggah Kemdikbud, Menteri Nadiem Makarim mengawali pidatonya itu dengan permohonan maaf karena pada kesempatan itu ia tidak akan menyampaikan kata-kata inspiratif dan retorik.

"Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati,

Biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik.

Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya akan sedikit berbeda.

Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

Guru Indonesia yang Tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit."

Isi pidato Mendikbud Nadiem Makarim
Isi pidato Mendikbud Nadiem Makarim (Instagram Kemendikbud)

Selanjutnya dipaparkan fakta yang terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan peran guru sebagai pengajar di sekolah.

"Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan.

Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas.

Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan.

Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan.

Anda frustasi karena Anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal.

Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved