Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Alami Busung Lapar, Berat Arma Hanya 2,9 Kg

Satu lagi balita penderita gizi buruk kembali masuk rumah sakit Selasih Pelalawan. Bayi berusia 4 bulan itu bernama Arma Hanif.

Penulis: johanes | Editor: Hendra Efivanias
Istimewa
Arma Hanif yang berusia tiga bulan, pasien gizi buruk dari Desa Sialang Kayu Batu Kecamatan Bunut pelalawan yang dirawat intensif di RSUD Selasih Pangkalan Kerinci, Jumat (22/11/2019). 

Alami Busung Lapar, Berat Arma Hanya 2,9 Kg

TRIBUNPEKANBARU.COM, PANGKALAN KERINCI -Pasien penderita gizi buruk ke Kabupaten Pelalawan Riau terus bermunculan sebulan terakhir.

Seluruh pasien merupakan anak-anak atau bayi di bawah lima tahun (Balita).

Pekan lalu pasien gizi buruk atas nama Fikri Kurniawan berasal dari Desa Penarikan Kecamatan Langgam masih belum pulih.

Sementara, Sabtu (23/11/2019), satu lagi balita penderita gizi buruk kembali masuk rumah sakit.

Bayi berusia 4 bulan itu bernama Arma Hanif.

Pasien terbaru ini berasal dari Desa Sialang Kayu Batu Kecamatan Bunut yang dibawa orangtuanya lantaran kondisi kesehatannya memprihatinkan.

"Pasien atas nama Arma Hanif dirujuk dari Puskesmas Bunut pada Kamis kemarin. Sekarang sedang dirawat intensif," terang Kepala Bidang Keperawatan RSUD Selasih Pangkalan Kerinci, Ramdani Kamal, kepada Tribun, Minggu (24/11/2019).

Formasi Khusus Disabilitas Pada Seleksi CPNS 2019 Pemko Pekanbaru Masih Sepi Peminat

Ramdani menerangkan, berat Arma Hanif hanya 2,9 kilogram di umurnya yang sudah 4 bulan.

Kondisi badannya cukup kurus dan lemah serta kurang bergairah.

Bahkan saat disusui atau diberikan ASI oleh ibunya selalu menolak dan tidak mau minum.

"Hasil observasi tim dokter kita memang positif gizi buruk atau yang biasa disebut busung lapar," tambah Ramdani.

Indisikasi gizi buruk tampak dari HB darahnya yang sangat rendah.

Pendaftaran CPNS 2019 di Pemprov Riau, Sudah 1.751 Pelamar Mendaftar, Paling Banyak Formasi Guru

Sedangkan leukosid atau sel darah putihnya cukup tinggi.

Leukosidnya berada di angka 13 padahal jumlah normal untuk orang dewasa saja hanya 10.

Dokter menduga kuat terjadi infeksi di dalam tubuh Arma hingga menimbulkan penyakit gizi buruk.

"Sekarang masih terus dikontrol untuk menaikan HB-nya dan memastikan kebutuhan gizi serta asupan makanannya," terang Ramdani.

Ia menambahkan, sedangkan untuk pasien atas nama Fikri Kurniawan, berasal dari Langgam yang dirawat pekan lalu sudah melewati masa kritisnya.

Setelah diobersevasi secara intensif, Fikri mulai membaik dan menunjukan perkembangan positif.

Namun untuk penanganan lebih lanjut, anak berusia tiga tahun itu telah di rujuk ke RSUD Arifin Ahmad Kota Pekanbaru.

"Pasien atas nama Firki kita rujuk hari Jumat kemarin dibantu teman-teman dari Basnaz. Di sana alat kesehatan lebih lengkap," tandasnya.

Berdasarkan catatan Tribun, dalam dua bulan ini sudah ada enam Balita gizi buruk ditangani oleh RSUD Selasih Pangkalan Kerinci.

Usia keempat pasien itu antara 3 bulan sampai 3 tahun dengan kondisi memprihatinkan.

Bahkan tumbuh kembang yang lambat serta tidak sesuai dengan usianya saat ini.

Awal Oktober lalu ada dua anak berusia belia yang dirawat dengan diagnosa gizi buruk di RSUD Selasih.

Setelah menjalani perawatan beberapa hari keduanya kembali ke rumah dibawa orangtuanya setelah.

Dokter memperbolehkan pulang lantaran kondisinya membaik setelah dirawat secara intensif.

Selanjutnya awal November kembali dua pasien berusia balita ditangani ramah sakit plat merah itu.

Atas nama Alif Hafiz Pratama berusia 18 bulan dari Kecamatan Kerumutan dan Vina Karlisa berusia tiga bulan dari Kecamatan Pangkalan Kuras.

Keduanya sempai menjalani penanganan medis yang intensif dengan pemberian gizi yang ekstra dan pantauan khusus dokter.

Penanganan itu ternyata bisa mengembalikan kondisi kesehatannya, khususnya berat badannya menjadi normal.

"Untuk Vina juga sudah sehat dan pulang ke rumah. Sedangkan Alif menjalani rawat jalan, karena ia juga mengidap TBC. Jadi penanganannya tidak harus di rumah sakit," kata Ramdani.

Pasien kelima atas nama Fikri Kurniawan berasal dari Desa Penarikan Kecamatan Langgam yang masuk rumah sakit du pekan lalu.

Kondisinya telah membaik dan masa kritis telah dilewati.

Keadaan badannya semakin kuat, perut yang sebelumnya membuncit telah berkurang, hingga berat badannya bertambah.

Sementara Arma Hanif adalah pasien terakhir.

"Kita juga heran kok dua bulan ini berturut-turut sampai enam pasien gizi buruk bermunculan. Istilah lazimnya busung lapar," tambah Ramdani Kamal.

Pria yang akrab disapa Dani ini menyebutkan, sebenarnya mencuatnya kasus gizi buruk ini disebabkan dua faktor.

Yakni orangtuan si anak yang apatis terhadap kesehatan balitanya dan jarang mengunjungi Posyandu maupun Puskesmas yang ada untuk mengontrol asupan gizi anaknya.

Di sisi lain, penanganan yang kurang tepat dari tenaga kesehatan atau para medis pada tingkat Posyando, Poskesdes, hingga Puskesmas.

Alhasil setelah kondisi pasien semakin parah barulah dirujuk ke RSUD.

Dokter RSUD Selasih, dr Kahirul menyebutkan secara umum gizi buruk timbul akibat faktor ekonomi yang melanda orangtua anak.

Alhasil asupan makanan bergizi tinggi dan memicu perkembangan anak semakin terbatas.

"Efeknya pada tumbuh kembang anak yang sangat lamban disaat masa pertumbuhannya yang semestinya membaik," tandasnya. (Tribunpekanbaru.com/Johannes Wowor Tanjung)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved