Nenek Asmanidar Janda Tua di Pekanbaru Hidupi 2 Yatim Piatu, Tidak Pernah Dapat Bantuan
Seorang jada, Nenek Asmidar menghidupi dua cucunya yang sudah yatim piatu dalam keterbatasan tanpa mendapat bantuan.
Penulis: Nasuha Nasution | Editor: M Iqbal
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Sudah seminggu Intan cucu bontotnya menangis minta diantar ke makam ayahnya yang meninggal tiga tahun silam, dan dimakamkan di tempat pemakaman umum di daerah Limbungan Rumbai.
Akhirnya Minggu (23/11/2025) siang, kerinduannya untuk berziarah ke makam almarhum ayahnya dikabulkan oleh neneknya Asmanidar janda tua yang sudah berusia 63 tahun yang selama ini merawat, membesarkan hingga menyekolahkannya.
Dengan menumpangi sebuah oplet, mereka berangkat dari Kulim ke Rumbai demi menuruti keinginan sang cucu yang setiap malam selalu menangis karena rindu dengan ayahnya.
Sore itu, wajah Intan dan kakaknya Asmarani sudah terlihat lebih cerah dan tersenyum sepulang dari makam sang ayah, meskipun dengan susah payah mencari uang dan bantuan tetangga untuk bayar oplet ke Rumbai, dilakukan sang nenek demi kebahagiaan cucunya yang sudah yatim piatu sejak tiga tahun terakhir.
Intan yang masih duduk di kelas 2 Sekolah Dasar dan Asmarani yang mulai beranjak remaja, dua yatim piatu yang hidup bersama neneknya di RW 2, Kelurahan Sialang Rampai Kulim Pekanbaru.
Tinggal di sebuah gubuk yang tidak jauh dari aliran sungai kecil bekas galian C, yang jika hujan rumahnya selalu terendam banjir.
Rumah semi permanen berukuran kecil dengan lantai semen tanpa alasa itu, tempat dua yatim piatu ini berkeluh kesah pada sang nenek yang sudah tidak bekerja dan sering sakit-sakitan ini, karena maklum usinya sudah tua.
Intan dan Asmarani ditinggal kedua orangtuanya tiga tahun lalu, ayahnya yang bekerja sebagai sopir ekspedisi itu meninggal lebih dulu 40 hari dari sang ibu. Ibunya sempat lama dirawat karena kanker payudara hingga akhirnya meninggal dunia dan meninggalkan dua gadisnya.
Saat ini, hanya Intan yang bersekolah, duduk di kelas 2 Sekolah Dasar, sedangkan si kakak Asmarani sudah tidak bersekolah lagi, karena ketidakmampuan ekonomi.
"Adik intan aja yang sekolah, biarlah saya nggak usah sekolah,"itulah alasan Asmarani saat disuruh neneknya bersekolah, karena sadar neneknya juga tidak punya apa-apa untuk menyekolahkannya.
Perjuangan Asmanidar untuk bertahan hidup demi kedua yatim piatu itu luar biasa, sepeninggal anak dan menantunya, berbagai cara dilakukan Asmanidar agar tetap bisa bertahan hidup.
Mulai menjadi pekerja di rumah makan dengan upah seharinya Rp60 ribu, hingga membuat kerupuk yang diantar ke warung-warung dengan berjalan kaki.
Namun usahanya itu hanya bisa mencukupi makan keluarga kecilnya dengan apa adanya, bahkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari juga payah.
Untung saja, anak bungsu si nenek yang hanya tamatan SMP bisa bekerja menjadi seorang penjaga perumahan, ia bergaji sebulannya Rp1,7 juta, uang itulah yang dibagi ke Nenek Asmanidar untuk kebutuhan hidup mereka di rumah.
"Kadang dikasih 600 ribu sebulan, itulah makan kami sebulan, nenek harus pandai-pandai belanja, cukup tak cukup harus dicukupkan,"ujar Asmanidar saat ditemui di kediamannya.
| Puluhan Pelajar SD Girang Dapat Tas dan Sepatu Dari Ketua Fraksi NasDem DPRD Pekanbaru |
|
|---|
| 1.862 Desa dan Kelurahan di Riau Kini Miliki Pos Bantuan Hukum |
|
|---|
| Nasib AKP Nundarto, Eks Kapolsek Brangsong Resmi Dipecat Seusai Ditangkap Warga di Rumah Janda |
|
|---|
| Angkasa Pura Indonesia Salurkan Bantuan Pendidikan dan Penghijauan untuk Sekolah di Pekanbaru |
|
|---|
| Dukung Pembentukan Pos Bantuan Hukum, Bupati Rohul Diganjar Penghargaan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/nenek-asmidar-janda-hidupi-2-anak-yatim-piatu.jpg)