Pasca Pembantaian KKB & Konflik, Begini Kondisi Pengungsi di Nduga Papua, Makan Rumput, Daun & Kayu
Pembantaian tersebut menjadi salah satu pemicu konflik di Nduga Papua selama setahun terakhir.
Pasca Pembantaian KKB & Konflik, Begini Kondisi Pengungsi di Nduga Papua, Makan Rumput, Daun & Kayu
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menemukan ada lima warga Papua yang diduga tewas akibat konflik di Kabupaten Nduga berdasarkan laporan yang diterima saat Komnas HAM mengunjungi Papua pada 13-17 Oktober 2019.
===
TRIBUNPEKANBARU.COM - Awal Desember 2019. Puluhan pekerja proyek pembangunan jembatan di Kabupaten Nduga tewas dibantai oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KBB). Jembatan yang menghubungkan Kali Yogi dan Kali Aorak adalah bagian dari proyek infrastruktur Trans Papua yang berada di ruas Wamena-Nduga-Batas Batu-Mamugu.
Tercatat 20 orang tewas saat pembantaian tersebut yakni 19 pekerja dan satu TNI.
Pembantaian tersebut menjadi salah satu pemicu konflik di Nduga Papua selama setahun terakhir.
Akibat pembantaian tersebut, proyek Trans Papua yang dikerjakan sejak akhir 2016 dihentikan.
Kala itu Kodam XVII/Cendrawasih menegaskan Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogoya bertanggung jawab atas pembantaian di Nduga.
Ribuan warga mengungsi
Ribuan warga Nduga memilih mengungsi menyusul operasi militer yang dilakukan awal Desember 2018 untuk mengejar tersangka pembunuh proyek Trans Ppaua.
Pengungsi- pengungsi tersebut terjepit di tengah krisis berkepanjangan akibat kontak senjata antara TNI/Polri dan kelompok yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
Salah satu pengungsi adalah Angelina Gwijangge, warga dari distrik Yigi di Kabupaten Nduga.
Ia memilih mengungsi dan sempat tinggal di hutan hingga akhirnya menumpang di rumah kerabatnya di Wamena, Kabupaten Jayawijaya selama berbulan-bulan.
"Tidak ada apa-apa di noken, di tangan, tidak ada punya apa-apa. Tuhan yang kasih makan ke saya, menjamin saya. Tuhan yang kasih, jadi anak-anak yang menjamin makanan saya," tutur Angelina kepada BBC Indonesia, Rabu (31/7/2019).
Kementerian Sosial mencatat setidaknya ada 2.000 pengungsi yang tersebar di beberapa titik di Wamena, Lanijaya, dan Asmat.