Bengkalis
STORY - Kisah Mahasiswa Politeknik Bengkalis Juara 3 Teater Tingkat Nasional, Pernah Ditantang Teman
Inilah yang dibuktikan oleh Mohammad Noer Hafidz (20) Mahasiswa Semester enam Politeknik Negeri Bengkalis.
Penulis: Muhammad Natsir | Editor: Ariestia
TRINBUNPEKANBARU.COM, BENGKALIS - Menjadi aktor dalam pertunjukan teater tentu bukanlah hal yang mudah. Perlu ketekunan berlatih hingga bisa menampilkan peran tokoh yang menarik untuk lihat penonton.
Inilah yang dibuktikan oleh Mohammad Noer Hafidz (20) Mahasiswa Semester enam Politeknik Negeri Bengkalis.
Hafidz awalnya tidak punya basic bermain teater sama sekali, di awal kuliah dirinya mendapat tantangan dari rekannya untuk bermain teater.
"Awalnya tidak ada terbesit untu menjadi pelakon teater, tetapi dari SMA hingga awal kuliah kami suka membacakan puisi dan ikut beberapa ajang lomba. Namun pada awal tahun 2018 lalu ada rekan kami yang mengajak belajar teater monolog," ungkap Hafidz memulai cerita.
Bukan tanpa alasan rekan Hafidz mengajaknya belajar teater monolog, karena saat itu rekannya melihat gaya hafidz membawakan puisi ini ada unsur teaternya. Dari situlah awalnya Hafidz merasa tertantang untuk belajar teater.
Sejak saat itu Hafidz coba belajar tearter monolog. Awal belajar peran teater monolog dilakukannya seorang diri secara otodidak.
Kemudian niat belajar teater monolognya ini juga disampaikannya kepada gurunya yang dulu pernah mengajarnya dalam perpuisi.
"Kami sampaikan juga keinginan kami ini kepada bang Musrial Mustafa seniman yang lama kami kenal waktu belajar puisi. Karena dia punya basic teater sesekali ketika dia sempat dia memberikan arahan apa yang harus kami lakukan," kata Hafidz.
Menjelang akhir tahun 2018 lalu, Kampus Politeknik Negeri Bengkalis berencana mengikuti Pekan Olahraga Seni (Porseni) tingkat nasional di Jakarta saat itu. Satu di antaranya cabang yang di lombakan yakni cabang teater monolog.
Melihat peluang ini Hafidz langsung mendaftarkan diri ikut sebagai peserta untuk cabang ini. Karena saat itu khusus cabang lomba monolog tidak ada perserta lain yang mendaftarkan diri akhirnya dirinya dipecaya sebagai perwakilan kampus.
Sebelum berangkat hafidz sudah diberikan naskah yang akan di perlombakan untuk monolog. Naskah tersebut berasal dari panitia Porseni di Jakarta.
"Cukup tebal naskahnya sekitar sepuluh halaman dengan peran satu tokoh yang harus kami mainkan," ungkap Hafidz.
Butuh waktu sebulan bagi mahasiswa D3 teknik sipil ini latihan untuk peranan monolog tingkat nasional ini. Sebelum membuat gerakan dan memainkan emosional naskah tersebut, terlebih dahulu harus di hafalnya naskah sepuluh halaman ini.
"Sekitar empat sampai tujuh hari kami menghafalkan naskah ini. Baru kami coba mainkan peranannya," kata Hafidz.
Untuk latihan sendiri hafidz tidak memiliki tempat khusus, karena latihan secara otodidak dan tidak memiliki sanggar teater, dirinya latihan secara perpindah pindah. Kadang latihan di taman kampus, kalau ada gedung lagi kosong digedung bahkan lebih sering latihan di rumah atau kos teman.
