Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Mengkhawatirkan, Bisa Terjadi Ledakan Pandemi Virus Corona di Papua, Ini Alasannya

Ada kekhawatiran pandemi virus corona di papua akan mengalami ledakan. hal tersebut disebabkan beberapa hal yang terjadi saat ini di Papua

Editor: Budi Rahmat
STR/AFP/China OUT
Foto ini diambil pada Selasa (18/02/2020) Seorang dokter sedang menangani pasien yang telah pulih dari infeksi virus corona (COVID-19) menyumbangkan plasma di Wuhan di Hubei, China. Sebelumnya Pejabat kesehatan China pada 17 Februari kemarin mendesak pasien yang telah pulih dari coronavirus untuk menyumbangkan darah sehingga plasma dapat diekstraksi untuk mengobati orang lain yang sakit kritis. 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Wabah virus corona di provinsi papua kini menjadi perhatian. Sebab dilaporkan alat kesehatan yang ada tidak siap untuk menangani paeisn yang ada.

Kondisi itu dikhawatirkan akan menjadikan melonjaknya pasien virus corona. Apalagi para petugas medis juga kesulitan melakukan uji wab pada seseorang.

Tak hanya itu, soal APD juga diklaporkan masih minim hingga menjadikan perawat dan dokter harus benar-benar menjaga diri sendiri agar tak tertular.

Outbreak atau ledakan pandemi Covid-19 di Papua pun menjadi kekhawatiran tersendiri meski jumlah kasus di wilayah itu relatif lebih rendah dibandingkan Jabodetabek.

Di Papua Barat, pengujian hasil tes Covid-19 masih berjalan lambat, kondisi yang menurut seorang dokter bisa berujung pada outbreak.

Jika hal itu terjadi, fasilitas kesehatan, baik di Papua Barat maupun Papua, dinilai tak akan siap melayani pasien yang ada.

Pemerintah mengklaim akan mempercepat tes untuk daerah itu dengan melakukan tes cepat molekuler (TCM) Tubercolosis (TBC), sebagai alternatif tes reaksi rantai polimerase (PCR).

Namun, hingga pertengahan April, menurut Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Papua Barat, tes itu belum bisa dilaksanakan di provinsi tersebut.

Merawat dengan meraba-raba

Tenaga medis di Papua Barat mengatakan menemukan kasus positif di wilayah itu cukup sulit karena hambatan yang mereka hadapi dalam menguji hasil tes swab.

Faisal, seorang perawat di RSUD Kota Sorong, Papua Barat, menjelaskan spesimen tes sempat tidak bisa diuji selama sekitar tiga minggu karena akses dari dan keluar kota Sorong ditutup sejak awal April.

Padahal, pengujian harus dilakukan di luar kota, baik Jakarta atau Makassar, karena Papua Barat belum memiliki laboratorium yang bisa mengecek spesimen Covid-19.

"Kami hanya merawat pasien dengan meraba-raba, artinya nggak tahu (mereka) positif atau negatif. Tetap (menjaga) safety kita," ujar Faisal (13/4/2020).

"Masyarakat di luar was-was, terlebih kami di rumah sakit, dengan APD yang terbatas."

Hingga pertengahan April, di Kota Sorong, satu orang telah meninggal akibat positif Covid-19.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved