Kisah Inspiratif
KISAH Mahasiswa Asal Riau di Azerbaijan, Tak Bisa Pulang karena Lockdown hingga Rindu Sholat Tarawih
"Disini kita tarawih di rumah saja, karena belum pernah saya liat ada tarawih disini. Makanya rindu tarawih berjamaah di kampung," ujarnya.
Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Nolpitos Hendri
Meskipun ada penerapan Lockdown di negara tersebut, namun mahasiswa asal Riau yang berada di sana masih bersyukur bisa menjalankan ibadah sholat Tarawih di masjid namun hanya dibatasi untuk kalangan tertentu untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Muhammad Arie Mufait yang kerap dipanggil Ari Bule, warga Riau yang saat ini menjalani puasa di Pakistan, di sana ia menjalani puasa menahan lapar dan haus mencapai 16 hingga 17 Jam.
Selama pandemi covid-19 ini Mahasiswa di Pakistan berpuasa di lingkungan kampus saja , dan kampus di Lockdown dikarenakan keadaan yang semakin sulit.
Bagi yang di dalam kampus tidak dapat keluar dari pekarangan kampus dan begitu juga sebaliknya.
"Saat ini kami mahasiswa diberikan makan atau sahur gratis setiap paginya oleh pihak kampus untuk meringankan biaya pengeluaran Mahasiswa selama covid-19 ini," ujar Arie Bule kepada tribunpekanbaru.com Rabu (6/5/2020).
Sementara untuk sholat terawih masih diadakan di dalam asrama yang berada di dalam kampus, dalam kampus ada 4 Asrama dan setiap 1 gedung asrama memiliki 1 mushalla untuk sholat.
"Alhamdulillah Mahasiswa Pakistan masih bisa merasakan sholat tarawih berjamaah bersama teman-teman Indonesia lainnya," ujar Arie.
Selama pandemi covid-19 ini mahasiswa di Pakistan juga diberhentikan semesternya sampai waktu yang tidak ditentukan.
Bagi Arie ini menjadi sebuah kesedihan karena ia baru belajar satu semester di sana.
"Selama covid-19 ini di Pakistan susah untuk mendapatkan air alami, dan sekarang mahasiswa harus meminum air keran (cooler) atau membeli air yang lebih mahal di kantin yang ada di asrama.
Bisa menguras uang apalagi situasi pandemi covid-19 ekonomi sangat tidak stabil dan banyak pekerjaan yang tidak berjalan seperti biasanya," jelas Arie.
Bagi Arie kesedihan yang paling dirasakannya, disaat semangat-semangatnya menuntut ilmu di negara orang, malah aktivitas perkuliahan dihentikan karena adanya virus tersebut.
"Sedih sekali rasanya baru satu tahun di Pakistan sudah merasakan hal-hal seperti ini, tapi kami di sini masih bersyukur, bisa sholat di mushalla tapi dengan jaga jarak, mungkin ada negara yang tidak bisa sholat itu sangat meneteskan air mata," ujarnya.
Apalagi ia melihat berita di Indonesia yang saat ini adanya pembatasan untuk tidak berjamaah di masjid, menurutnya sangat menyedihkan, apalagi biasanya masjid dipenuhi anak-anak tadarus.
"Sekarang sudah tidak ada lagi, beruntunglah bagi daerah atau negara yang masih bisa melaksanakan sholat terawih dan tadarus, semoga semuanya ada hikmah yang indah di balik ini semua," ujarnya.
