Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

India Mulai Boikot Produk dari China, Pasukan Tirai Bambu Tarik Diri: Bongkar Bangunan di Perbatasan

lebih dari satu kilometer dari lokasi bentrokan berdarah di Lembah Galwan, Ladakh timur, 15 Juni 2020, yang menewaskan 20 tentara India.

Penulis: | Editor: Firmauli Sihaloho
PTI via financialexpress.com
Pasukan militer India dan China berpatroli bersama di Lembah Galwan. 

Sebelumnya India langsung memboikot produk China dan membatalkan semua kontrak perusahaan China dalam proyek-proyek yang dibiayai pemerintah India sebagai pembalasan atas tewasnya 20 tentara India dalam bentrok di Lembah Galwan.

Setelah sebelumnya India melarang perusahaan China dalam tender pembangunan jalan raya, kini India juga menghentikan impor peralatan listrik dari China.

VIRAL Foto Pasangan yang Terciduk Google Maps Lagi Mantap-Mantap di Pinggir Jalan

HEBOH Isu Reshuffle Kabinet, Mensesneg Klaim Kinerja Para Menteri Meningkat setelah Ditegur Jokowi

Menteri Kelistrikan India Raj Kumar Singh, mengatakan India memiliki kemampuan untuk memproduksi semua jenis peralatan listrik.

Selama ini, China menyumbang 210 miliar rupee ($ 2,8 miliar) setara Rp 40,6 triliun dari total 710 miliar rupee peralatan untuk impor proyek-proyek listrik yang tidak dapat diperbarui pada tahun yang berakhir Maret 2019.

Setelah keputusan ini, saham Bharat Heavy ELectricals Ltd yang dikelola pemerintah, pembuat peralatan listrik terbesar di India, melonjak sebanyak 5,3%.

"Anda memiliki negara yang melampaui wilayah kami, yang membunuh tentara kami, namun kami menciptakan lapangan kerja di negara itu dan bukan di negara kami," kata Singh.

Sedangkan untuk impor peralatan listrik yang terbarukan, India berencana menerapkan tarif bea masuk tinggi, bukan pelarangan seperti untuk impor peralatan kelistrikan yang tidak dapat diperbarui.

China menyumbang sekitar 80% dari pasokan panel surya India.

Ancaman dunia maya adalah alasan lain mengapa India memilih pemasoknya dengan cermat.

"Impor dari negara lain akan diperiksa untuk malware," kata Singh.

"Sistem daya adalah sistem sensitif dan rentan terhadap serangan dunia maya."

Pada Oktober 2019, sebuah malware menyerang salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir India, menginfeksi jaringan komputer yang digunakan untuk fungsi administrasi, menurut operatornya Nuclear Power Corp of India.

Beberapa bulan kemudian negara itu memperkenalkan rancangan pedoman untuk mengoperasikan jaringan listrik, meminta operator untuk mengadopsi langkah-langkah keamanan dunia maya.

Sebelumnya, Rabu (1/7/2020), India memutuskan tidak akan mengizinkan perusahaan China untuk berpartisipasi dalam proyek jalan raya, termasuk yang melalui usaha patungan.

"Kami tidak akan memberikan izin kepada usaha patungan yang memiliki mitra China untuk pembangunan jalan. Kami telah mengambil sikap tegas bahwa jika mereka (perusahaan China) datang melalui usaha patungan di negara kami, kami tidak akan mengizinkannya," kata Menteri Menteri Transportasi Jalan Raya, Jalan Tol dan UMKM, Uni Nitin Gadkari.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved