Jeritan Mbah Saminem Minta 'Nak Pulanglah Ibu Kangen' Kisahnya Hidup dari Upah Rp 1.000 Sekali Pijat
Mbah Saminem yang tinggal seorang diri di sebuah bangunan rumah yang berlantaikan tanah dan di sanalah Mbah Saminem tidur sehari-hari beralaskan tikar
Tak Mengenal Uang
Mbah Saminem dulunya adalah seorang tukang pijat, namun karena usia yang sudah tua, ia akhirnya berhenti karena sudah tak kuat.
“Saya sudah lama tidak memijat,” katanya.
Upah yang diterimanya dari jasa pijit pada waktu itu hanyalah Rp 1.000.
Uang itu tidaklah cukup untuk menghidupi kebutuhannya sehari hari.
Ia tak mengetahui kenapa ia diberi uang segitu.
Mbah Saminem bukanlah seperti orang tua pada umumnya yang mengenal uang.
“Kalau dikasih kadang juga 1.000 rupiah. Saya tidak ngerti (dibayar segitu),” kata mbah.
Dikatakanya bahwa dirinya tidak mengenal nominal uang.
Ketika ditunjukkan uang dengan nominal Rp 50.000, mbah Saminem malah melihat dan berkata “wah, gambar uangnya gede ini,”.
“Aku ga ngerti (berapa nominal uang ini),” kata mbah Saminem yang terus memandang uang tersebut.
Tak ingat usia
Berjalan dengan tertatih-tatih, sepertinya kondisi kesehatan mbah Saminem kian menurun.
Ditanya soal usianya, mbah Saminen tidak mengetahui berapa usianya sekarang ini.
“Aku tidak tahu,” jawab mbah Saminem. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul ‘Nak Pulanglah, Ibu Kangen’, Kisah Seorang Ibu yang Hidup dari Upah Rp 1.000 Sekali Pijat
