Awalnya Dicibir, Kini Kopi Liberika Meranti Berjaya di Malaysia, Kandungan Kafein Rendah
"Kita sering dicibir dan tidak dianggap karena ingin membangun industri kopi ini. Namun hal itu kita buat jadi dorongan
Penulis: Teddy Tarigan | Editor: Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU.COM, MERANTI - Kopi Liberika Meranti menjadi salah satu komoditi maupun ikon Kabupaten Kepulauan Meranti, bahkan bisa dikatakan ikon daerah Riau.
Pasalnya Kopi Liberika Meranti ini merupakan satu-satunya yang telah mendapatkan pengakuan sebagai Kopi berhak paten Indikasi Geografis (IG) di daerah Riau.
Kopi Liberika Meranti telah mendapat paten Indikasi Geografis (IG) yang dikeluarkan oleh Dirjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM dengan nomor IG 00.2014.000014.
Indikasi Geografis ini adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan atau produk yang dihasilkan.
Kopi Liberika Meranti dari Desa Kedaburapat dikenal memiliki kualitas terbaik sehingga sukses merajai pasar Malaysia dan Singapura.
Tak heran, masyarakat Desa Kedaburapat menjadikan Kopi Liberika Meranti sebagai komoditas andalannya.
Dibalik kesuksesan Kopi Liberika Meranti saat ini ada ini salah satu nama yang sejak dulu mendorong pengakuan kopi ini yaitu Abdul Hakim.
Pria yang juga merupakan ketua IG Kopi Liberika Meranti ini sejak dulu melihat peluang yang besar dari kopi ini yang tidak dilihat oleh orang lain.
Dimulai dengan otodidak, berkat keuletan dan inovasi yang dilakukan Hakim mampu mendapat hak paten Indikasi Geografis (IG) untuk Kopi Liberika Meranti.
Diceritakan Hakim usaha Kopi Liberika Meranti sudah dirintis sejak tahun 2009.
Saat itu harga Kopi Liberika Meranti yang ditanam di Desa Kedabu Rapat tempatnya memproduksi masih sangat murah.
"Kita mulai sejak tahun 2009, saat itu harga kopi sangat murah.
Dulu bibitnya banyak dari Malaysia dan dikembangkan oleh masyarakat di Desa Kedabu Rapat," ungkap Hakim.
Dikatakan Hakim saat awal dirinya harus mengolah biji Kopi Liberika Meranti secara manual sebelum akhirnya berkembang dan saat ini sudah menggunakan mesin.
"Kita dulu masih menggongseng dengan kuali dan menumbuk biji kopi menggunakan lesung," ujarnya.
