Empat Saudaranya Tewas Saat Operasi Militer Indonesia, Presiden Timor Leste ini Maafkan Soeharto
Dalam peristiwa yang dimulai pada 7 Desember 1975 ini, sekitar 100.000–180.000 tentara dan warga sipil diperkirakan telah terbunuh atau mati kelaparan
Saat itu, Soeharto telah berjuang untuk hidupnya selama hampir dua minggu, dan tengah menggunakan ventilator setelah beberapa kali gagal organ.
"Dan saya meminta orang-orang untuk mendoakan Suharto sebagai mantan presiden Indonesia,” kata Presiden Ramos-Horta, yang sebagian keluarganya terbunuh selama pendudukan.
Dikutip dari Aljazeera, Ramos-Horta, yang kehilangan tiga saudara laki-laki dan satu perempuan selama operasi militer dan dianugerahi hadiah Nobel perdamaian pada tahun 1996, mengatakan dia tahu dari pengalaman pribadi betapa sulitnya melupakan kebrutalan operasi tersebut.
Namun, menurutnya rakyat Timor Leste yang telah merdeka tidak boleh menjadi 'sandera'.
"Hari ini kami bebas, kami selamat, kami mendapat kemerdekaan, dan karenanya kami tidak boleh menjadi sandera, betapapun tragisnya itu, di masa lalu," kata Jose Ramos Horta kepada Al Jazeera.
Meski meminta rakyatnya mendoakan dan memaafkan Presiden Soeharto, namun Ramos-Horta mengatakan dia tidak akan mengunjungi Soeharto di rumah sakit.
Ia mengatakan akan meminta Paus Benediktus untuk mendoakan mantan pemimpin itu ketika dia mengunjungi Vatikan.
Ramos-Horta pun menyinggung tentang pembantaian yang dilakukan di era Soeharto.
“Soeharto membuat banyak hal positif bagi Indonesia, seperti peningkatan ekonomi dan pembangunan, tapi dia juga banyak melakukan kesalahan seperti pembantaian di Indonesia dan Timor Leste,” kata Ramos-Horta.
Untuk diketahui, Presiden Soeharto meninggal pada Minggu 27 Januari 2008 di Rumah Sakit Pusat Pertamina, kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kemudian dimakamkan di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah.
(*)
Sumber: Intisari-Online.com
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/operasi-militer-di-timor-leste.jpg)