VIDEO, Lebih Separuhnya Wanita Dewasa, Pengungsi Rohingya Kembali Terdampar di Aceh Dini Hari Tadi
Warga Rohingya ini terdiri dari pria dewasa berjumlah 100 orang, anak-anak dan remaja berjumlah 14 orang, dan wanita dewasa berjumlah 181 orang.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Sebanyak 295 orang warga Rohingya, Senin (7/9/2020) dini hari kembali terdampar di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Aceh.
Ratusan Imigran ini menaiki sebuah kapal kayu dan mendarat di kawasan pinggir pantai Ujong Blang, sekira pukul 01,00 WIB Senin (7/9/2020).
Mereka terdiri dari pria dewasa berjumlah 100 orang, anak-anak dan remaja berjumlah 14 orang, dan wanita dewasa berjumlah 181 orang.
• Lagi, Imigran Rohingya Terdampar di Aceh, Jumlahnya Ratusan, Ada Anak-anak
Dilansir oleh Serambinews.com (group Tribun Pekanbaru.com), di lokasi petugas TNI-Polri dan Relawan PMI Kota Lhokseumawe, mendata sementara jumlah imigran Rohingnya ini.
Amatan Serambinews.com ( Group Tribunpekanbaru.com ) di lokasi, awalnya para imigran didaratkan secara terpisah.
Para imigran kemudian disatukan di sebuah pondok pinggir pantai.
Sementara warga setempat terlihat memenuhi lokasi di mana para imigran rohingya dikumpulkan.
• Otoritas Aceh Benarkan Jenazah Dua Warganya Diselundupkan di Batam Setelah Meninggal di Kapal Cina
Bukti Genosida oleh Myanmar
Hingga saat ini ribuan warga Rohingya masih merasakan ancaman dari rezim Myanmar.
Mereka yang bertahan hidup harus terusir dari tanah kelahirannya.
Mereka menjadi target Genosida rezim Myanmar.
Saat ini, tuduhan Genosida terhadap Myanmar sedang diselidiki oleh PBB.
Dilansir dari Aljazeera, kepala badan investigasi PBB di Myanmar mengatakan Facebook belum merilis bukti "kejahatan internasional yang serius", meskipun berjanji untuk bekerja dengan penyelidik yang menyelidiki pelanggaran di negara itu termasuk terhadap mayoritas Muslim Rohingya.
• VIDEO News of The Week: Awan Berbentuk Tsunami di Aceh, 4 Perampok Sadis di Riau Diringkus
Nicholas Koumjian, kepala Mekanisme Investigasi Independen di Myanmar (IIMM), mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa raksasa media sosial itu memegang materi "yang sangat relevan dan terbukti dari kejahatan internasional yang serius" tetapi tidak membagikan apa pun selama pembicaraan selama setahun.
Dia menolak memberikan rincian materi yang diminta IIMM.
