Tak Ada Tempat untuk Pengkhianat, Kim Jong Un Penggal Kepala Pamannya yang Rencanakan Kudeta
Kekejaman Kim Jong Un sebagai pemimpin Korea Utara dikenal tanpa ampun menghabisi pengkhianat.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Kekejaman Kim Jong Un sebagai pemimpin Korea Utara dikenal tanpa ampun menghabisi pengkhianat.
Bahkan, hal ini membuatnya dinilai lebih kejam dari pendahulunya, yaitu kakek dan ayahnya, yang lebih dulu menjadi pemimpin Korea Utara.
Jika kakek dan ayahnya disebut dapat memaafkan para pelanggar terlepas dari apa kesalahan mereka, maka tidka dengan Kim Jong-un.
Salah satu daftar kekejaman Kim Jong-un yang sering membuat orang bergidik ngeri adalah kisahnya mengeksekusi pamannya sendiri.
Sang paman yang bernama Jang Song-thaek dituduh merencanakan kudeta militer dan pemberontakan.
Atas hal itu, ia dan beberapa komplotannya dieksekusi oleh Kim Jong-un.
• BREAKING NEWS: Petugas Temukan Pelanggar Protokol Kesehatan di Pekanbaru saat Menggelar Razia
• Bertambah 24 Pasien, Warga Pelalawan Terinfeksi Covid-19 Capai 320 Orang, Masih Berstatus Zona Merah
Banyak versi beredar tentang kematian Jang, salah satunya bahwa ia diumpankan ke 120 anjing liar.
Ada pula versi lain bahwa regu tembak yang mengeksekusinya.
Baru-baru ini kisah tentang eksekusi paman Kim Jong-un yang tak kalah mengerikan diungkapkan jurnalis investigasi Bob Woodward.
Diceritakan Bob Woodward bahwa Kim Jong-un menunjukkan 'tubuh tanpa kepala' pamannya kepada pejabat senior Korea Utara untuk membangkitkan ketakutan.
Melansir Express.co,uk (12/9/2020), Mr Woodward, yang terkenal karena melanggar Skandal Watergate yang menjatuhkan presiden AS Richard Nixon menggambarkan peristiwa tersebut dalam buku barunya 'Rage'.
Wartawan itu mengungkapkan bagaimana diktator tersebut memberi tahu Trump bahwa dia membunuh pamannya dengan menundukkan kepalanya dan kemudian meletakkan kepalanya di dada mayat, kemudian memaksa pejabat tinggi untuk melihat tontonan yang mengerikan itu.
Buku itu menggambarkan bagaimana Trump bangga dengan kenyataan bahwa pemimpin Korea Utara , 'memberi tahu saya segalanya'.
Selanjutnya dikatakan bahwa Kim Jong-un memberi presiden sebuah 'laporan grafis' dari peristiwa seputar eksekusi pamannya Jang Song Thaek karena pengkhianatan.
Pada awal pemerintahan Kim Jong un, diyakini bahwa pamannya Jang membantu memperkuat otoritasnya.
