Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Jenderal Kedelapan Selamat dari Kekejaman Komunis PKI dalam G30S PKI, Siapa Jenderal Itu?

Gerakan 30 September atau G30S PKI pada tahun 1965 menjadi catatan kelam bangsa Indonesia melawan kekejaman Komunis, PKI.

Editor: Ilham Yafiz
Desain Grafis TribunPekanbaru/Didik Ahmadi
G30S PKI 

Belakangan grup ini dikenal sebagai Dewan Jenderal. Anggotanya 25 orang, namun empat motornya adalah Mayjen S Parman, Mayjen MT Haryono, Brigjen Sutoyo Siswomihardjo dan Brigjen Sukendro.

Grup ini aktif melakukan counter politik untuk menandingi dominasi PKI. Nah, pokal Sukendro ini tentu saja membuat PKI geram.

Bagi PKI, perwira intelektual yang satu ini adalah bahaya laten.

Keji Tak Berperasaan, Usai Bunuh Korban, Pelaku Malah Langsung Pijat Plus-plus

Geng Pengedar Narkoba Kembali Berulah, 11 Orang Dibantai di Bar, Militer Dikerahkan Cari Penjahat

Fantastis, Update Kekayaan Terbaru Pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin, Segini Duit Mereka!

Ia selamat dari penculikan itu, karena Soekarno meminta Sukendro menjadi anggota delegasi Indonesia untuk peringatan Hari Kelahiran Republik Cina, 1 Oktober 1965.

Selepas peristiwa itu, peran Sukendro mulai tersisih oleh kiprah Ali Moertopo.

Ia tidak bisa membendung jaring-jaring intelijen Ali yang kemudian mempercepat keruntuhan Soekarno.

Namun, setidaknya, Sukendro masih mencoba berupaya. Apa yang disebut mantan Dubes Kuba dan juga teman dekat Soekarno, AM Hanafi, dalam biografinya memperlihatkan hal itu.

Pada 11 Maret 1966, ketika Presiden diikuti para waperdam tergopoh-gopoh menuju Bogor karena takut dengan Pasukan Kemal Idris, Sukendro menyarankan AM Hanafi untuk mengejar presiden dan menempelnya di mana pun juga Soekarno berada.

“Jangan tinggalkan Bapak sendirian,” kata Sukendro.

Sepertinya insting intelijen Suekndro masih cukup tajam untuk membaca arah zaman.

Sayang, AM Hanafi hanya bisa menyesal karena tak kebagian helikopter pada hari itu.

Petang itu juga juga utusan Soeharto berhasil mendapatkan surat penyerahan kekuasaan (Supersemar).

Ketika Soeharto naik ke puncak kekuasaan, bintang Sukendro praktis redup. Namun meski tenggelam ia tak lantas terdiam.

Dalam sebuah kursus perwira di Bandung, ia secara mengejutkan mengakui keberadaan Dewan Jenderal.

Akibatnya, Soeharto yang notabene juga rekan dekatnya, lewat tangan Pangkopkamtib Jenderal Sumitro menggiringnya untuk ikut merasakan dinginnya sel RTM Nirbaya Cimahi selama 9 bulan. Tentunya tanpa pengadilan.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved