Dilaporkan Sepakati Gencatan Senjata, Armenia dan Azerbaijan Saling Serang Rudal dan Tembakan

Usai dua minggu pertempuran, kedua negara menyetujui memberlakukan gencatan senjata sementara ketika digelar pembicaraan di Moskwa, Rusia pada Jumat

Editor: Nurul Qomariah
HANDOUT / ARMENIAN DEFENCE MINISTRY / AFP
Suasana perang Armenia melawan Azerbaijan. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Dikabarkan telah melakukan gencatan senjata, ternyata hal itu tidak efektif.

Terbukti, terjadi pertempuran baru antara Armenia dan Azerbaijan hanya beberapa jam setelah gencatan senjata diberlakukan.

Pada Sabtu (10/10/2020) malam, ledakan menghantam Stepanakert, ibu kota wilayah sengketa Nagorno-Karabakh, kata saksi mata dan media di Armenia.

Dua negara sebelumnya menuduh pihak lawan terus membombardir.

Baca juga: Gubernur Riau Kirim Surat ke Presiden, Sampaikan Aspirasi Penolakan UU Cipta Kerja di Riau

Baca juga: Anggaran Minim Akibat Dampak Covid-19, Proyek Pembangunan di Kepulauan Meranti Tetap Berjalan

Baca juga: Ingin Tahun Berapa Ruang Isolasi Tersisa Bagi Pasien Positif Covid-19 di Kota Pekanbaru?

Usai dua minggu pertempuran, kedua negara menyetujui memberlakukan gencatan senjata sementara ketika digelar pembicaraan di Moskwa, Rusia pada Jumat (9/10/2020).

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan laporan kegiatan militer yang terus berlanjut.

Termasuk terhadap sasaran sipil, serta korban sipil meskipun perjanjian itu dicatat "dengan sangat prihatin", menurut pernyataan yang dirilis Minggu (11/10/2020).

Lebih dari 300 orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi sejak kejadian kekerasan terbaru dalam konflik berkepanjangan yang pecah pada 27 September lalu.

Pemimpin wilayah Nagorno-Karabakh, Arayik Harutyunyan, mengatakan kepada AFP bahwa situasinya "lebih tenang" pada Minggu (11/10/2020).

Perang Armenia vs Azerbaijan
Perang Armenia vs Azerbaijan (Gambar oleh Amber Clay dari Pixabay)

Tetapi memperingatkan gencatan senjata itu berbahaya.

Sebuah blok apartemen tempat tinggal di Kota Ganja, Azerbaijan, dihancurkan pada Sabtu malam dalam apa yang dikatakan para pejabat sebagai serangan rudal Armenia.

Para pejabat mengatakan tujuh orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Armenia menyebut laporan serangan itu sebagai "kebohongan mutlak".

Gencatan senjata yang sekarang rapuh memungkinkan kedua negara untuk bertukar tahanan dan mengumpulkan jenazah yang menjadi korban dari pertempuran baru-baru ini.

Mayoritas warga Nagorno-Karabakh adalah etnis Armenia, meskipun secara resmi merupakan bagian dari Azerbaijan.

Kedua bekas republik Soviet saling menyalahkan atas pecahnya kekerasan terbaru - yang merupakan terburuk dalam beberapa dekade.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved