Shalawat Berhayut Tradisi di Bengkalis Hampir Terlupakan, Bershalawat Keliling Laut di Atas Kapal
Kegiatannya berupa bershalawat kepada Nabi dengan menggunakan sampan dengan menghanyut diri bersama-sama di perairan menggunakan kapal atau sampan
Penulis: Muhammad Natsir | Editor: Nurul Qomariah
"Jadi saat mulai berjalan tidak semua kapal sekaligus bershalawat, tetapi bergantian ada delapan kapal ini."
" Saat satu kapal bershalawat, kapal lainnya istirahat selesai baru lanjut kapal lainnya bergantian," ungkap Zuriat Abdillah Ketua Panitia Sholawat Berhanyut bercerita kepada tribun, Selasa (13/10/2020) .
Tahun ini kegiatan shalawat berhayut ini dilaksanakan diikuti cukup ramai.
Panitia yang mempersiapkan kegiatan ini tidak menyangka disambut antusias seperti ini. Karena niat awal hanya kelompok sholawat laut saja yang akan melakukannya.
Pihaknya merencanakan kegiatan dilakukan secara swadaya antar anggota. Namun ternyata banyak peminatnya hingga bisa dilaksanakan dengan delapan kapal.
"Semuanya swadaya kita lakukan, tanya satu satu jamaah kita saat merencanakan ini, ada yang bisa minjamkan kapal, ada yang bisa bantu untuk konsumsi hingga minyak kapal," cerita Zuriat.
Mereka yang bersedia meminjamkan kapal ternyata membawa rombongan lain. Bahkan sampai satu anggota membawa sebanyak dua puluh orang.
Saat akan dimulai pun masih ada masyarakat yang datang dan ikut di Pelabuhan BSL kemarin.
Tahun Kedua
Zuriat mengatakan, shalawat berhayut yang dilakukan pihaknya merupakan tahun yang kedua.
Pada tahun awal dilakukan 2019 kemarin hanya sebanyak 9 orang yang ikut tidak seramai saat kemarin.
"Tahun kemarin awalnya kita mulai di pada malam hari jadinya Bengkalis, 9 orang saja yang ikut serta kita lakukan sholawat menuju perairan tanjung jati. "
" Kemudian berlanjut lagi kita lakukan diikuti 40 orang Tanjung Sekodi dan terakhir di Perairan Muntai sekitar 30 orang," kata Zuriat.
Shalawat berhayut ini dilakukan bukan tanpa alasan, karena kegiatan ritual seperti ini sudah dikenal dan dilakukan oleh orang dahulunya.
"Kalau orang dahulunya mengenal istilah ratib togak, ratib berhayut dalam melakukan kegiatan belo kampung ini. Tradisi inilah yang ingin kembali kami budayakan dan lestarikan," ungkap Zuriat.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/shalawat-berhayut.jpg)