NGERI, Korea Utara Sadis Perlakukan Pasien Covid-19, Dibiarkan Kelaparan hingga Tak Bernyawa

Pasien Covid-19 di Korea Utara dikabarkan ditempatkan pada sebuah 'kamp karantina' dan dibiarkan kelaparan sampai mati

Editor: Nurul Qomariah
National Interest
Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PYONGYANG - Jika di negara lain, pandemi Covid-19 ditangani dengan serius, tidak demikian yang terjadi di Korea Utara (Korut).

Meski, pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un klaim tidak ada kasus Covid-19 di negaranya.

Namun, laporan aktivis berkata lain. Aktivis tersebut menyebut Korea Utara menerapkan kebijakan sadis untuk orang yang terinfeksi Virus Corona.

Pasien Covid-19 di Korea Utara dikabarkan ditempatkan pada sebuah 'kamp karantina' dan dibiarkan kelaparan sampai mati, menurut klaim seorang aktivis.

Baca juga: Empat Hari Hotel Masih Kosong,Satgas Covid-19 Pelalawan: Kita Tak Memaksa Pasien OTG Dirawat di Sini

Baca juga: Dini Hari, Bagian Demi Bagian Bando Reklame di Jalan Tuanku Tambusai Dipotong Satpol PP Pekanbaru

Baca juga: Jumat Keramat, Kejari Pelalawan Tahan Tersangka Korupsi BBM Dinas PUPR Pelalawan,Negara Rugi Rp 2 M

Laporan-laporan selanjutnya, yang dilansir dari Daily Mail mengatakan bahwa orang-orang dengan gejala Virus Corona tersebut 'diangkut dari rumah mereka tanpa makanan'.

Pihak otoritas telah meningkatkan jumlah korban Covid-19 yang dibakar.

Seorang aktivis Kristen, Tim Peters yang menjalankan solidaritas amal berbasis di Seoul, Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Utara mengklaim 'kamp karantina' dibangun di kota-kota dekat perbatasan dengan China.

Namun, korban yang dibakar di kamp itu seringkali tidak mendapat perawatan medis dengan baik termasuk menderita kelaparan.

Kepada South China Morning Post, aktivis itu mengatakan bahwa pemerintah Korea Utara sama sekali tidak menyediakan makanan maupun obat-obatan kepada mereka yang 'dikebumikan' di sana.

Singkatnya, Peters melaporkan bahwa kematian para korban Covid-19 di kamp karantina itu tak hanya karena wabah namun juga karena kelaparan.

LSM Peters mengirim pasokan medis dan lainnya sampai ke Korea Utara, dia menggambarkan situasi Covid di negara itu sangatlah serius.

Adanya laporan abai terhadap korban Covid itu dianggap cocok dengan informasi yang diterima dari mereka yang selamat dari kamp-kamp penjara Korea Utara.

Di mana para narapidana hanya 'diberi makan dalam jumlah yang sangat minimum'.

Seorang pendeta bernama David Lee yang bekerja sama dengan pembelot Korea Utara di Seoul mengatakan bahwa Virus Corona disebut sebagai 'penyakit hantu'.

Sehingga dianggap tidak ada alat uji tepat untuk bisa melacak dan menghentikan penyebaran virus.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved