Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Wagub Riau Edi Natar Ajak Lestarikan Pantun Melayu Usai Ditetapkan Jadi Warisan Budaya oleh UNESCO

Wagub Riau Edi Natar mengatakan pembinaan pantun kedepannya sudah menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota

Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Nurul Qomariah
tribunpekanbaru/syaiful misgio
Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edi Natar Nasution. 

Kegiatan dibuka dengan lagu Lancang Kuning, lagu rakyat Riau yang semua liriknya adalah pantun.

Khazanah ini juga dilan tunkan dengan berbagai lagu yang didendangkan Siska Amirza dengan petingan gambus Budi.

Salah satu bentuk penempatan pantun dalam tradisi Riau berupa kayat pantun dituturkan oleh maestro Fakhri Semekot.

Ditampilkan juga kepiawaian milenial berpantun melalui video, bahkan secara langsung generasi muda ini disandingkan dengan generasi sebelumnya (X) yakni Tuan Firdaus dan anaknya, Cik Fadli dalam sesi jual-beli pantun.

Tentu saja, jual-beli pantun cukup heboh. Tak kurang sosok Prof Madya Dr Basrul bin Bahaman dari Universitas Pendidikan Sultan Idris, Malaysia, ambil bagian.

Sastrawan Malaysia Harlym Yeo tak ketinggalan menjual dan membeli pantun.

Tampil juga Dr Suryadi di Leiden, Belanda, yang setia mengikuti kegiatan sejak awal.

Makin lengkap sesi ini dengan jual beli pantun antara Dr Elmustiian dari Riau dengan sejumlah peserta.

Baik Sita Rohana, Patricia, Will Derks, dan A. Malik menyebutkan, bahwa pantun memenuhi berbagai sendi kehidupan mulai dari berhubungan dengan gaib, adat, dan kegiatan komunal ecara populer.

Dalam kadar tertentu, pantun masih berada di posisinya, bahkan masih menginspirasi dan dipelajari.

"Dalam suatu penataran puisi di Belsanda baru-baru ini, saya ketemu dengan eorang pesertanya yang menyebutkan bahwa ia belajar pantun,” kata Will Derks.

Dalam posisi memenuhi sendi kehidupan itu pulalah, sebagaimana dikatakan Datuk Seri Al azhar, pantun juga berhadapan dengan sektor kehidupan yang lain.

Ekosistem pantun misalnya berkaitan dengan lingkungan terutama sumber daya alam.

Pantun-pantun dalam menumbai, suatu tradisi mengambil madu misalnya, akan semakin kurang dituturkan kalau kegiatan mengambil madu secara tradisi terus berkurang.

Kenyataannya, sejalan dengan pemanfaatan hutan, kayu sialang juga ikut terbabat.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved