Kisah Pasien Non Covid-19 Ditolak Banyak Rumah Sakit, Meninggal Dunia Saat Dirawat di Sebuah Lorong
Seorang pegawai swasta, berbagi cerita tentang pengalamannya saat mencarikan ruang perawatan bagi tantenya di Rumah Sakit berakhir meninggal dunia
Selanjutnya, mereka berupaya menuju ke rumah sakit ketiga yang lokasinya tak jauh dari rumah sakit sebelumnya.
Awalnya, di sana juga ditolak dengan alasan penuh dan tak ada ruang perawatan. Setelah didesak, LS akhirnya diterima.
Akan tetapi, pihak rumah sakit memberi syarat, keluarga harus menandatangani surat pernyataan yang menyebutkan bahwa sebelum ditangani, LS harus dites Covid-19 terlebih dahulu.
Jika hasilnya positif Covid-19, LS harus ditangani dengan protokol Covid-19. Saat hasilnya keluar, LS negatif Covid-19.
Irfan menceritakan, saat itu pamannya setuju, sehingga tantenya dibaringkan di kasur. Akan tetapi, LS belum mendapat perawatan intensif, hanya bantuan pernapasan dan ditempatkan di lorong rumah sakit.
"Asumsi kami seharusnya Tante sudah masuk ICU, mungkin karena penuh jadi hanya itu yang bisa dilakukan. Sebagai catatan, Tante juga tidak berada di bangsal IGD, namun di lorong antara bangsal, karena IGD juga penuh," kata Irfan.
Irfan menceritakan, jika ruang IGD tidak penuh, seharusnya tantenya sudah dirawat di IGD. Di lorong tempat tante Irfan berada, dipenuhi orang yang lalu lalang dan menunggu diperiksa.
LS berada di lorong sekitar satu hingga dua jam. Saat anggota keluarga Irfan keluar untuk mencari makan, sekitar pukul 16.00 WIB, LS mengembuskan napas terakhirnya.
"Iya satu hari itu cari RS, enggak dapat lalu meninggal di hari yang sama," kata dia.
Irfan mengatakan tantenya memiliki diabetes akibat keturunan, tetapi belum pernah sampai pingsan. Hanya pusing atau lemas.
Selain itu tantenya juga tidak pernah keluar rumah selama pandemi. LS berjualan makanan secara online dari rumah.
"Enggak pernah berkunjung juga ke rumah saya, padahal biasanya rajin sebelum pandemi. Rumah saya sedikit lebih di tengah Kota Bandung soalnya," kata dia.
Ia berharap, penanganan pandemi Covid-19 menjadi lebih baik, dan masyarakat patuh protokol kesehatan sehingga kasus infeksi tak terus bertambah.
Di banyak daerah, ruang perawatan rumah sakit penuh, tenaga kesehatan juga banyak yang terpapar Covid-19.
"RS kolaps, yang nasibnya seperti Tante saya juga makin banyak. Ada yang lebih mengenaskan bahkan meninggal di mobil/ambulance," ujar Irfan.
Sumber Kompas.com
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/begal_20180705_111202.jpg)