AS Kirim Pesawat Pengebom, Menlu Iran Geram: Kami Tidak Malu untuk Menghancurkan Para Penyerang
Pada peringatan kematian Soleimani 3 Januari lalu, hubungan antara Washington dan Teheran sangat terasa aroma permusuhannya.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Amerika Serikat ( AS) kembali menerbangkan pesawat pengebom B-52 ke Timur Tengah.
Iran mengkritik dengan pedas upaya AS tersebut dengan menyebut bahwa lebih baik AS mengalihkan anggaran militernya kepada kesehatan rakyat AS daripada melakukan “intimidasi”.
Komando Pusat AS (Centcom) mengatakan pada Minggu (17/1/2021) bahwa penerbangan B-52 tersebut merupakan bagian penting dari postur pertahanan Centcom.
Manuver terbaru dari “Negeri Uncle Sam” tersebut datang ketika analis keamanan memperingatkan jika Presiden AS Donald Trump dapat mengambil tindakan militer terhadap Iran di hari-hari terakhirnya menjabat.
Pada Minggu juga, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk misi B-52 tersebut di Timur Tengah sebagaimana dilansir dari Al Jazeera.
Zarif mengatakan jika langkah itu merupakan upaya untuk mengintimidasi Teheran, maka AS lebih baik menghabiskan anggaran militernya untuk kesehatan rakyat AS.
Baca juga: Lima Hari Pelaksanaan Vaksinasi Vaksin Covid-19 di Riau, Baru 385 Orang yang Divaksin
Baca juga: Sudah 1,5 Bulan SK Penetapan Pj Walikota Dumai Tak Kunjung Diterbitkan
Baca juga: Ini Dia Calon Ketua DPRD Pelalawan, Pelantikan Tunggu SK Gubri

"Meski kami belum memulai perang selama lebih dari 200 tahun, kami tidak malu untuk menghancurkan para penyerang," kata Zarif di Twitter.
Sebelum AS melakukan manuvernya, Garda Revolusi Iran telah melakukan uji coba rudal dan drone-nya.
Aksi tersebut merupakan unjuk kekuatan dari Garda Revolusi Iran keempat kalinya dalam kurun waktu dua pekan.
Di sisi lain, penerbangan B-52 itu adalah kelima kalinya dalam beberapa pekan terakhir yang dilakukan oleh AS. Komando Pusat AS mengatakan awak pesawat berhasil menyelesaikan misinya.
Baca juga: Inilah Kondisi Terkini Maheer At-Thuwailibi di Rutan, Istri Sebut Kondisi Menurun: Harusnya ke RS
Baca juga: CERITA Wanita yang Menjual Pakaian Bekas Online: Banyak Pembeli Hanya Ingin Memuaskan Hasrat
Baca juga: Pelaku Ditangkap di Kota Padang, Polisi Temukan 46 Kilogram Sabu Bernilai Miliaran Rupiah
Ketegangan memuncak
Ketegangan antara AS dan Iran semakin memuncak setelah pembunuhan ilmuwan nuklir top Iran Mohsen Fakhrizadeh di Teheran pada November 2020.
Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel, sekutu AS di wilayah itu, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan Fakhrizadeh.
Rouhani juga bersumpah akan membalas dendam atas kematian Fakhrizadeh.
Sebelumnya, seorang jenderal top Iran, Qasem Soleimani, juga terbunuh dalam sebuah serangan pesawat nirwak AS di Baghdad, Irak pada Januari 2020.