Asap Hitam Mengepul dari Pabrik Kelapa Sawit PT BIM, Masyarakat Kampung Dayun Khawatir Kesehatan
Warga di kampung Dayun, Kabupaten Siak akhir-akhir ini mengeluh akibat cerobong Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Ariestia
TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Warga di kampung Dayun, Kabupaten Siak akhir-akhir ini mengeluh akibat cerobong Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik PT Berlian Inti Mekar (BIM) yang kerap mengeluarkan asap hitam.
Partikel-partikelnya kadang berjatuhan di permukiman warga setempat.
“Sebenarnya sudah lama kami mengkhawatirkan kesehatan kami dengan tebalnya asap hitam dari pabrik. Tetapi tidak ada perhartian dalam bentuk apapun dari pabrik yang kami terima,” kata Ujang, warga setempat, Minggu (28/2/2021).
Secara tidak langsung udara di sekitar tercemar sehingga memungkinkan udara tidak sehat itu yang dihirup masyarakat setiap hari.
Ujang berharap pihak pemerintah segera menangangi pabrik tersebut.
“Jangan lama kelamaan kondisi ini dibiasakan. Nanti kesehatan anak cuci kami terganggu, siapa yang tahu,” kata dia.
Camat Dayun Novendra Kasmara juga tidak menampik kondisi itu.
Bahkan hal itu sudah lama dikeluhkan warga namun pihak PT BIM tidak peduli dengan keluhan warga.
“Pihak perusahaan kurang kooperatif kepada kami sebagai pemerintahan. Harapan kami perhatikanlah kondisi warga di sekitar pabrik jangan cuek dengan keluhan mereka,” kata dia.
Novendra juga sudah berupaya menjalin komunikasi yang baik dengan pihak PT BIM.
Namun pihak PT BIM tidak bergeming sama sekali. Sedangkan persoalan banyak di sekitar PKS PT BIM tersebut.
“kita tidak tahu apakah CSR mereka berjalan atau tidak. Warga di sekitar pabrik tidak pernah diperhatikan selama ini,” kata dia.
Sementara itu Pelaksana tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Siak, Hendro saat di konfirmasi terkait keluhan masyarakat Dayun Siak mengatakan, izin lingkungannya sudah memenuhi standar ketentuan.
Namun akibat pengaruh angin asap menjadi mengalir ke bawah.
“Begitu informasi dari anggota di lapangan. Pengaruh angin lah yang membuat asap menjadi ngalir ke bawah, itu kata anggota saya di lapangan," kata Hendro.