Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Semakin Parah, Ratusan Orang Tewas di Myanmar, Dewan Keamanan PBB Diminta Turun Tangan

Pergolakan masih terus terjadi di Myanmar pasca Kudeta Militer di negara tersebut.

Editor: Ilham Yafiz
Selebaran / DAWEI WATCH / AFP
Foto dirilis oleh Dawei Watch pada tanggal 1 April 2021 menunjukkan pengusung jenazah memberi isyarat sambil membawa peti mati Kyaw Min Latt, juga dikenal sebagai Poe Toe, setelah dia ditembak oleh pasukan keamanan dari sebuah kendaraan saat dia melewatinya. sepeda motor pada 27 Maret saat negara masih dalam kekacauan setelah kudeta militer Februari, selama pemakamannya di Dawei. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Pergolakan masih terus terjadi di Myanmar pasca Kudeta Militer di negara tersebut.

Ratusan orang meninggal dunia akibat tindakkan kekerasan militer Myanmar.

Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Myanmar Christine Schraner Burgener mengingatkan Dewan Keamanan PBB bahwa risiko "pertumpahan darah” yang meluas akibat tindakan brutal militer terhadap demonstran anti-kudeta.

Hal itu disampaikan Utusan Khusus PBB itu dalam sesi Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu (31/3/2021) waktu setempat, seperti dilansir Reuters, Kamis (1/4/2021).

Schraner Burgener mengatakan kepada sesi tertutup DK PBB beranggotakan 15 anggota bahwa militer yang merebut kekuasaan di Myanmar pada 1 Februari, tetapi tidak mampu mengelola negara itu.

Untuk itu dia meminta DK PBB untuk mengambil tindakan mengatasi krisis di Myanmar.

"Pertimbangkan semua alat yang tersedia untuk mengambil tindakan kolektif dan melakukan apa yang benar, apa yang layak untuk rakyat Myanmar dan mencegah bencana multi-dimensi di jantung Asia," katanya.

“Dewan harus mempertimbangkan "tindakan yang berpotensi signifikan" untuk mencegah "pertumpahan darah," kata Schraner Burgener.

Inggris meminta pertemuan di PBB di New York sebagai tanggapan atas memburuknya kekerasan di Myanmar.

Setidaknya 521 warga sipil telah tewas dalam protes menentang kudeta, 141 di antaranya pada hari Sabtu pekan lalu, hari paling berdarah, menurut Asosiasi Bantuan hukum untuk Tahanan Politik.

Pertempuran juga telah berkobar antara tentara dan pemberontak etnis minoritas di wilayah perbatasan. Pengungsi yang melarikan diri dari gejolak mencari keselamatan di negara-negara tetangga.

"Tindakan kekerasan oleh militer ini sama sekali tidak dapat diterima dan membutuhkan pesan yang kuat dari komunitas internasional," kata Duta Besar Inggris untuk PBB, Barbara Woodward, dalam pengarahan pers virtual setelah sesi dewan.

“Dewan Keamanan "harus memainkan perannya" dalam respons internasional,” tambahnya.

Dewan sejauh ini telah mengeluarkan dua pernyataan yang menyatakan keprihatinan dan mengutuk kekerasan terhadap demonstran.

Negara Bagian India Izinkan Pengungsi Myanmar Masuk Ke Wilayannya

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved