Turun Rp 464 Per Kg, Harga Karet Kuansing Gagal Tembus Rp13.000, Harga Pekan Ini Dipatok Segini
Pekan ini, harga karet di Kuansing mengalami penurunan pada lelang MInggu (22/8/2021) sebesar Rp 464 per Kg
Penulis: Dian Maja Palti Siahaan | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, TELUK KUANTAN - Harga karet di Kuansing mengalami penurunan pada lelang MInggu (22/8/2021) sebesar Rp 464 per Kg.
Padahal sebelumnya, harga karet di Kuansing mendekati angka Rp 13.000 per kilogram.
Pada lelang Minggu malam (22/8/2021), yang digelar Asosiasi Petani Karet Kuantan Singingi (Apkarkusi), harga karet di Kuansing dipatok Rp 12.464 per kilogram.
"Turun dari pekan lalu. Sekarang Rp 12.464 per kilogram," kata Ketua Apkarkusi, Septiadi pada Tribunpekanbaru.com, Senin, Senin (23/8/2021).
Bila dibandingkan dengan pekan lalu, harga pekan ini turun sebesar Rp 464 per kilogram.
Walaupun turun, harga Rp 12.464 per kilogram masihlah kompetitif.
Harga Rp 12.464 itu hanya untuk kalangan tertentu saja. Petani karet yang mau tergabung dalam Apkarkusi.
Nah, petani karet yang tidak tergabung dengan Apkarkusi, harga jula karet lebih rendah. Para pedagang menjual ke toke-toke karet lokal.
Andi, seorang petani karet di Kuansing mengatakan pada Jumat (20/8/2021) lalu, ia terakhir menjual karet.
"Harga di lelang dengan toke lokal kan beda," kata Andi pada Tribunpekanbaru.com.
Sistem pelelangan ini sendiri dimulai sejak Juli tahun 2018.
Seluruh pengurus kelompok tani/Unit Pengolahan dan Pemasaran BOKAR (UPPB)/gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang melaksanakan pemasaran karet secara bersama-sama.
Melaksanakan pemasaran Bokar dengan sistem lelang secara bersama dan serentak dengan menetapkan satu pemenang lelang dan satu harga pada satu waktu dan satu tempat yang bersamaan.
Penetapan harga bersama dengan perwakilan perusahaan.
Sayang, harga Rp 12.464 per kilogram ini hanya saat lelang yang digelar sekali setiap pekan saja.
Harga di toke-toke lokal, pastinya akan jauh dibawah harga lelang.
Harga di tingkat toke-toke lokal sendiri di bawah harga yang ditetapkan hasil lelang.besar
Harga hasil penjualan dengan sistem lelang ini lebih tinggi dari harga dari toke-toke karet lokal di Kuansing.
Walau demikian, 99 persen petani karet di Kuansing tidak mau bergabung dengan asosiasi dan mengikuti penjualan karet dengan sistem lelang.
Sejauh ini, 99 persen petani karet di Kuansing lebih memilih menjual ke toke-toke lokal hasil panen kebun karet.
Sisanya, 1 persen, ikut sistem lelang yang diinisiasi Pemkab Kuansing.
Keengganan 99 persen petani karet tergabung dalam asosiasi dan mengikuti lelang, dikarenakan proses penjualan harus menunggu, yakni setiap akhir pekan.
Di satu sisi, para petani karet butuh uang secepatnya.
( Tribunpekanbaru.com / Palti Siahaan )
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/apkarkusi-kuansing-sepriadi.jpg)