Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Korban Pelecehan Seksual Di Gereja Katolik Perancis Capai 330.000, Biarawati Hingga Pendeta Terlibat

Menurut presiden komisi yang mengeluarkan laporan itu, Jean-Marc Sauve, Otoritas Katolik telah menutupi kasus tersebut hingga beberapa dekade.

Capture The Sun
Ilustrasi Biarawati 

"Ini membawa pada pemikiran yang mengerikan seperti itu," kata Martine.

"Bagi saya, secara pribadi, saya harus menunggu orang tua saya meninggal karena jika tidak, dia mengatakan tidak mungkin untuk berbicara."

"Saya pikir setiap korban mengalaminya seolah-olah mereka adalah satu-satunya (korban), dan itu bagian dari fenomena yang melibatkan kontrol dan kerahasiaan," kata Mireille.

"Kami berada dalam kondisi tunduk... dalam tahanan mental. Jadi, kami mengikuti orang ini yang tiba-tiba mengambil alih kami... Kami terjebak dalam jaring laba-laba."

Olivier Savignac, kepala asosiasi korban Parler et Revivre (Speak Out and Live Again), berkontribusi dalam penyelidikan.

Dia menggambarkan dilecehkan pada usia 13 tahun oleh direktur sebuah kamp liburan Katolik di selatan Prancis yang dituduh menyerang beberapa anak laki-laki lainnya.

"Saya menganggap pendeta ini sebagai seseorang yang baik, orang yang peduli yang tidak akan menyakiti saya," kata Savignac.

"Tetapi ketika saya menemukan diri saya di tempat tidur itu setengah telanjang dan dia menyentuh saya, saya menyadari ada sesuatu yang salah ... Ini seperti gangren di dalam tubuh korban dan jiwa korban.

Imam itu akhirnya dinyatakan bersalah atas pelecehan seksual anak dan dijatuhi hukuman pada 2018 tiga tahun penjara.

Komisi tersebut bekerja selama dua setengah tahun, mendengarkan para korban dan saksi serta mempelajari arsip gereja, pengadilan, polisi, dan berita mulai tahun 1950-an.

Sauve berkata: "Kadang-kadang pejabat gereja tidak mencela (pelecehan seks) dan bahkan mengekspos anak-anak pada risiko dengan menempatkan mereka dalam kontak dengan pemangsa."

Presiden Konferensi Waligereja Prancis, Eric de Moulins-Beaufort, mengatakan para uskup Prancis terkejut dengan kesimpulan laporan tersebut.

"Saya ingin pada hari itu untuk meminta maaf, maaf untuk Anda masing-masing," katanya kepada para korban.

"Tidak ada yang mengharapkan jumlah (korban) yang begitu tinggi untuk keluar dari survei dan itu benar-benar menakutkan dan tidak proporsional dengan persepsi yang kami miliki di lapangan."(Tribunpekanbaru.com).

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved