Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Sudah 2 Pekan Banjir di Sintang Kalbar, Ribuan Warga Mengungsi dan Mulai Terserang Penyakit

Menurut BPBD Sintang bencana banjir melanda setidaknya di 12 kecamatan,140.468 jiwa terdampak banjir dan 2 warga dilaporkan meninggal dunia.

Editor: CandraDani
Tribun Pontianak
Kepala Seksi Penunjang Medik RSUD Ade M Djoen Sintang, Yustandi memeriksa bekas operasi hernia Kakek Zaini di pondok ladang, Kelurahan Ulak Jaya, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Yustandi memeriksa bekas jahitan operasi supaya tidak terjadi inveksi. Kakek Zaini tinggal di gubuk bersama istrinya. Akibat banjir, dia tidak bisa memeriksakan kesehatanya pasca operasi. 

Kepala BNPB Letjen TNI Ganip Warsito menyatakan bencana banjir yang terjadi di empat wilayah di Kalimantan barat itu dipicu oleh faktor cuaca, yakni tingginya intensitas hujan di wilayah hulu Sungai Kapuas.

Kendati demikian, Ganip mengatakan bahwa kejadian banjir yang merupakan jenis bencana hidrometeorologi basah tersebut seharusnya dapat dicegah dengan berbagai upaya.

Upaya itu menurut Ganip antara lain tata kelola ruang yang baik dan benar dan perilaku masyarakat untuk lebih peduli dan memahami tentang pemanfaatan alam yang berkelanjutan untuk kehidupan di masa depan.

“Kalau kita melihat dan mengevaluasi itu, maka bencana hidrometeorologi sebenarnya bencana yang bisa kita cegah. Dengan apa? dengan penggunaan ruang hidup yang benar, kemudian perilaku masyarakat kita yang memahami tentang penggunaan alam dan seisinya itu untuk kehidupannya,” jelas Ganip.

Di samping itu, Ganip juga mengingatkan bahwa pada bulan November hingga Februari sebagian besar wilayah di Tanah Air mengalami fenomena La Nina, yang mana hal itu dapat memicu terjadinya peningkatan frekuensi dan intensitas curah hujan dari 20 persen hingga 70 persen.

Melihat adanya fenomena La Nina yang dapat memicu terjadinya bencana itu, BNPB telah beberapa kali mengingatkan dan memberikan imbauan kepada pemangku kebijakan agar mengambil langkah pencegahan, mitigasi, meningkatkan kapasitas dan mengantisipasi sehingga dampak risiko bencana dapat dicegah dan dikurangi.

“BNPB sejak dari awal telah mengingatkan para BPBD untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana hidrometeorologi basah dengan mitigasi, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Kita harus siaga terus,” kata Ganip.

Ganip menambahkan bahwa apa yang telah disampaikan tersebut merupakan arahan dari Presiden Joko Widodo, bahwa dalam menghadapi bencana yang paling penting adalah mitigasi dan pencegahan.

Dua hal itu dapat dilakukan melalui sinergitas berbagai komponen baik dari pemerintah, komunitas, akademisi, dunia usaha hingga media massa, atau yang disebut ‘Pentaheliks,.

“Sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Dalam menghadapi bencana yang penting yang utama adalah pencegahan atau mitigasi. Unsur pentaheliks harus terus bersinergi dan berkolaborasi dalam penanggulangan bencana baik pada pra bencana, saat bencana maupun paskabencana,” imbuhnya.

Lebih lanjut, dalam upaya penanganan darurat seperti yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Sintang beserta unsur Forkopimda, maka Ganip memberi arahan agar upaya penyelamatan korban menjadi hal yang harus diutamakan kemudian pemenuhan kebutuhan dasar hidup masyarakat.

“Yang penting adalah penyelamatan korban. Masyarakat, nyawa yang diutamakan. Kemudian kebutuhan dasar yang diutamakan,” jelas Ganip.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengungsi Bencana Banjir Sintang Mulai Terserang Gatal dan Diare, Air Bersih Kurang "dan di WartaKotalive.com dengan judul Ribuan Orang Mengungsi Akibat Banjir Sintang, Fadli Zon Sindir Jokowi Pilih Naik Motor di Mandalika,

Sumber: Kompas.com
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved