Rusia dan Ukraina yang Konflik, AS yang Sibuk, Bukan bikin Adem, Malah Ikut Manas-manasi biar Perang
Entah apa maksud AS yang malah sibuk kirim pasukan dan peralatan tempur. Padahal Rusia dan Ukraian yang konflik. Ujung-ujungnya jadi provokator
TRIBUNPEKANBARU.COM- Rusia dan Ukraina yang memanas, Amerika Serikat yang justru agresif menambah pasukan dan menempatkan pesawat-pesawatnya dinegara orang lain.
Bukannya meredam ketegangan Rusia dan ukraina, kehadiran Amerika Serikat justru makin memperuncing hubungan Rusia dan Ukraina.
AS seperti memprovokasi agar benar-benar terjadi perang yang kemudian menjadi pembenaran bagi mereka untuk menyerang Rusia dnegan senjata dan peralatan tempur yang sudah mereka tempatkan dengan dengan Ukraina dan wilayah sekitarnya.
Baca juga: Amerika Serikat Rayu Indonesia Beli Sejumlah Peralatan Perang dan Pesawat Senilai Rp 200 Triliun
Kenyataan itu menjadi perhatian serius Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. Ia bahkan dnegan tegas menuding AS berusaha memprovokasi konflik di Ukraina supaya semakin memanas.
Hal tersebut disampaikan Lavrov dalam pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken melalui sambungan telepon, Sabtu (12/2/2022).
"Kampanye propaganda yang diluncurkan oleh AS dan sekutunya mengenai agresi Rusia terhadap Ukraina mengejar tujuan provokatif," kata Kementerian Luar Negeri Rusia melaporkan pembicaraan tersebut.
Lavrov mengatakan, propaganda tersebut mendorong pihak berwenang di Kiev untuk menyabot perjanjian Minsk, sebagaimana dilansir AFP.
"Dan membahayakan upaya untuk menyelesaikan masalah Donbass dengan paksa," tambah Lavrov mengacu pada Ukraina timur.
Lavrov dan Blinken berbicara melalui telepon ketika Presiden AS Joe Biden dan Presiden Perancis Emmanuel Macron bersiap untuk berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sebelumnya, Washington memperingatkan bahwa invasi habis-habisan dari Rusia dapat dimulai kapan saja.
Ketegangan di Eropa Timur belum juga menunjukkan tanda mereda setelah Rusia mengerahkan lebih dari 100.000 tentaranya mengepung perbatasan Ukraina.
Moskwa menuntut jaminan keamanan dari NATO untuk menarik pasukannya dari Eropa Timur. Rusia juga meminta jaminan agar Ukraina tidak diterima menjadi anggota NATO.
Baca juga: Curi Uang Kripto untuk Senjata Nuklir, Korea Utara Tebar Ancaman: Amerika Serikat Geram
Washington dengan tegas menolak tuntutan itu sambil menawarkan untuk membahas perjanjian pelucutan senjata yang baru dengan Moskwa
Pada Sabtu, Lavrov menegaskan kembali bahwa Barat telah mengabaikan tuntutan kunci dari Rusia.
"Ditekankan bahwa masalah ini akan menjadi pusat penilaian kami terhadap dokumen yang diterima dari AS dan NATO," ujar Kementerian Luar Negeri Rusia.
