Vladimir Putin Cuek Ditelpon Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Perang Terus Terjadi
Perang pecah di Donbass Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky minta warga Rusia menentang perang yang terjadi itu.
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM - Perang pecah di Donbass Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky minta warga Rusia menentang perang yang terjadi itu.
Hal ini disampaikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato yang disiarkan televisi tengah malam tadi.
Dilansir Rusia Today, Volodymyr Zelensky mengklaim dia telah mencoba menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin tetapi tidak mendapat tanggapan.
“Hari ini saya memulai panggilan telepon dengan presiden Federasi Rusia. Hasilnya adalah keheningan. Tapi keheningan seharusnya ada di Donbass,” kata Zelensky.
Memulai pidatonya dalam bahasa Ukraina tetapi menyelesaikan sebagian besar dalam bahasa Rusia, Volodymyr Zelensky bersikeras bahwa dia mencoba untuk menyampaikan pesan kepada warga Rusia.
Ia mengklaim bahwa Ukraina tidak, tidak, dan tidak akan pernah menjadi ancaman bagi Rusia, tetapi hanya menginginkan hak untuk menentukan nasib sendiri dan keamanan untuk dirinya sendiri.
“Kami tidak membutuhkan perang, baik dingin atau panas atau hibrida. Tetapi jika tentara datang kepada kami, jika mereka mencoba untuk mengambil negara kami, kebebasan kami, kehidupan kami dan kehidupan anak-anak kami, kami akan membela diri kami sendiri,” katanya.
Pada hari Rabu, Volodymyr Zelensky memanggil 36.000 tentara cadangan ke angkatan bersenjata dan mengumumkan keadaan darurat 30 hari di seluruh Ukraina, mulai 24 Februari.
Keadaan darurat tidak meluas ke wilayah Donetsk dan Lugansk di bawah kendali militer Ukraina, yang telah di bawah rezim khusus sejak 2014.
Ukraina juga telah meminta pertemuan mendesak Dewan Keamanan PBB setelah Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) secara resmi meminta perjanjian mereka dengan Moskow untuk meminta bantuan militer Rusia melawan agresi oleh rezim Kiev.
Para pemimpin mereka mengatakan bahwa militer Ukraina telah meningkatkan pengeboman artileri dan serangan terhadap infrastruktur sipil.
Kiev telah menyangkal telah memerintahkan serangan, menuduh DPR dan LPR melakukan serangan bendera palsu.
Moskow mengatakan telah mengakui kemerdekaan republik yang memisahkan diri dari Ukraina karena ancaman serangan besar-besaran.
Rusia mengklaim bahwa itu adalah satu-satunya pilihan yang tersisa setelah Kiev membatalkan panjian gencatan senjata Minsk.
Utusan Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan kepada Majelis Umum PBB pada hari Rabu bahwa begitu penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke dua republik, mereka tidak akan bersikap lunak terhadap pelanggar gencatan senjata.
