Usai Ukraina, Amerika Dituduh Bikin Masalah dengan China, Kerahkan Kapal Perusak ke Selat Taiwan
Amerika Serikat bikin gaduh di dua sisi dunia, klaim sebuah pernyataan pemerintah China. Hal ini menyikapi aktifitas kapal perusak AS
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM - Amerika Serikat bikin gaduh di dua sisi dunia, klaim sebuah pernyataan pemerintah China.
Hal ini menyikapi aktifitas kapal perusak Amerika Serikat yang merapat ke Selat Taiwan akhir pekan lalu.
Diberitakan Rusia Today, USS Ralph Johnson, kapal perusak berpeluru kendali dari Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, berlayar melalui Selat Taiwan pada hari Sabtu.
Pentagon mengatakan itu merupakan latihan rutin, tetapi di tengah meningkatnya ketegangan di Eropa atas Ukraina, media pemerintah China menuduh AS mengobarkan konflik di dua sisi dunia.
USS Ralph Johnson transit di selat itu melalui perairan yang dikendalikan oleh China daratan atau Taiwan, sebuah pernyataan dari Armada Ketujuh berbunyi.
"Militer Amerika Serikat terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun yang diizinkan oleh hukum internasional," lanjut pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa pelayaran hari Sabtu menunjukkan komitmen Amerika Serikat terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Selat Taiwan memiliki lebar 180 kilometer (110 mil) dan memisahkan Cina daratan dari Taiwan.
Itu terletak di ujung utara Laut Cina Selatan, di mana kapal perang AS secara teratur melakukan pelayaran serupa untuk menantang klaim teritorial Beijing.
Pemerintah China tidak segera menanggapi pelayaran hari Sabtu tersebut, tetapi outlet berita Global Times yang dikelola pemerintah meresponnya.
“Sementara pergolakan Ukraina-Rusia yang sedang berlangsung semakin intensif, militer AS berusaha menunjukkan kemampuannya untuk menimbulkan masalah di dua sisi dunia, yang berarti di Eropa dan Asia, dan dengan melakukan itu ia mengirim sinyal yang salah ke Pasukan kemerdekaan Taiwan,” tulis Global Times, mengutip analis China.
Politisi China di AS telah mengklaim bahwa Beijing akan segera bergerak untuk merebut kembali Taiwan, dengan alasan bahwa Beijing dapat menyerang sementara perhatian Washington tertuju pada Ukraina.
Kementerian Pertahanan Taiwan memperingatkan pada hari Kamis bahwa sembilan pesawat China memasuki zona pertahanan udara dan dilacak, tetapi serangan yang diduga lebih kecil ukurannya dibandingkan serangan mendadak serupa oleh China dalam beberapa bulan terakhir.
The Global Times juga menuduh politisi radikal AS mengeksploitasi masalah Ukraina untuk menimbulkan masalah terkait Taiwan dan memperkuat kekuatan yang mendukung pemisahan diri di pulau itu.
