Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Perang Rusia vs Ukraina

Sambil Tersenyum Trump sebut Rusia bisa Perang dengan China, Caranya Kerahkan Jet Tempur Lakukan Ini

Siapa yang menyangka kalau Trump punya pemikiran seperti ini. Ia melontarkannya santai tanpa beban yang memantik banyak perhatian

Editor: Budi Rahmat
AFP
sambil tersenyum Donald Trump lontarkan kalimat yang bikin ngangkak soal perang Rusia 

TRIBUNPEKANBARU.COM-Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali bikin heboh ditengah perang Rusia-Ukraina.

Ia melontarkan sebuah kalimat yang memicu perhatian banyak pihak.

Sebelumnya Trump juga membuka mata banyak negara terkait 'dukungannya' pada Rusia.

Baca juga: Bukannya Atur Strategi, Ukraina Malah Posting Dokumen Perang Rahasia Rusia di Medsos, Apa Gunanya?

Ia bahkan mengatakan kalau sosok Vladimir Putin sebagai orang yang cerdas dan tentu saja paham strategi perang.

Meski belakangan komentar itu kemudian ia timpali dengan mnegatakan tindakan Rusia sebagai bentuk kejahatan kemanusiaan.

Kini mengatakan, bahwa Amerika bisa saja melihat China dna Rusia berperang.

Caranya dengan tak lazim. Yakni kerahkan pesawat jet tempur untuk menjatuhakn benda ini di Rusia

Mantan Presiden Trump dilaporkan bercanda pada hari Sabtu bahwa AS harus "menempatkan bendera China" di jet tempur F-22 dan "mengebom kotoran" dari Rusia.

Trump membuat komentar itu kepada para donor Komite Nasional Partai Republik di sebuah retret di New Orleans, menurut CBS News.

Jaringan tersebut melaporkan bahwa mantan presiden menyarankan agar AS menyalahkan China atas serangan tersebut dan kemudian menyaksikan kedua negara terlibat dalam konflik.

"Dan kemudian kami berkata, 'China melakukannya'," kata Trump, yang menurut sumber tak dikenal yang dikutip oleh CBS News, mengundang tawa di ruangan itu. "Kemudian mereka mulai berkelahi satu sama lain, dan kami duduk dan menonton."

Baca juga: Rusia Brutal, Serangannya ke Ukraina Hancurkan Bandara, Presiden Ukraina Kesal ke NATO

Baca juga: Jenazah Bayi Ukraina Disalatkan di Tengah Ledakan Rudal Rusia di Kharkiv

The Washington Post juga melaporkan komentar Trump.

Trump memicu kritik bulan lalu karena menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin "pintar" dan "cukup cerdas" ketika Rusia memulai invasi ke Ukraina. Sejumlah tokoh Partai Republik menolak komentar tersebut, termasuk Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell (Ky.).

Beberapa hari kemudian, mantan presiden itu tampaknya mengubah nada suaranya, menyebut konflik di Ukraina sebagai “Holocaust” selama wawancara luas dengan Maria Bartiromo dari Fox Business dan mendesak Rusia untuk berhenti berperang. Dia mengatakan Moskow harus "berhenti membunuh orang-orang ini" dan menyarankan agar kesepakatan dapat dicapai untuk mengakhiri konflik.

Blinken mengatakan Polandia mengirim jet tempur ke Ukraina mendapat 'hijau...
Pejabat AS, anggota parlemen memperdebatkan zona larangan terbang di Ukraina
Selama wawancara yang sama, Trump mengatakan dia yakin China akan menyerang Taiwan lebih cepat daripada nanti.

Dia mengatakan serangan seperti itu akan terjadi pada garis waktu yang lebih cepat “karena mereka melihat betapa bodohnya Amerika Serikat dijalankan.”

“Mereka melihat bahwa para pemimpin kita tidak kompeten, dan tentu saja mereka akan melakukannya – inilah saatnya mereka,” tambahnya.

Baca juga: Jenazah Bayi Ukraina Disalatkan di Tengah Ledakan Rudal Rusia di Kharkiv

Pakistan Tak Terima Negaranya Diajak Kutuk Rusia

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan tidak terima atas seruan sejumlah negara yang mengajak negaranya untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

Khan mengecam sejumlah negara yang telah meminta Pakistan untuk mengutuk invasi ke Ukraina dan menyindir mereka memperlakukan negaranya seperti budak.

Pekan lalu, 22 diplomat asing di Islamabad merilis sebuah surat bersama yang menyerukan kepada Pemerintah Pakistan untuk mendukung resolusi PBB yang mengutuk serangan Rusia di Ukraina.

Di antara para diplomat tersebut, banyak di antaranya mewakili negara-negara anggota Uni Eropa, sebagaimana dilansir The Hill, Minggu (6/3/2022).

Dalam suratnya, para diplomat menulis, "Sebagai kepala misi untuk Republik Islam Pakistan, kami mendesak Pakistan untuk bergabung dengan kami dalam mengutuk tindakan Rusia."

Baca juga: Dipantau Amerika Serikat, China : Jangan Ikut Campur Masalah Rusia, Hanya Nambah Masalah Saja

Baca juga: Boris Johnson Bereaksi setelah Tahu Ada Warga Inggris yang Nyaris Mati Ditembak Tentara Rusia

Pakistan sendiri adalah salah satu negara yang abstain dari pemungutan suara pada resolusi tersebut, bersama China, India, dan Iran.

"Apa pendapatmu tentang kami? Apakah kami budakmu bahwa apa pun yang kamu katakan, kami akan lakukan?" kata Khan.

"Saya ingin bertanya kepada duta besar Uni Eropa: Apakah Anda menulis surat seperti itu ke India?" tambah Khan yang merujuk bahwa India juga abstain dalam pemungutan suara.

Beberapa hari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan serangan ke Ukraina, Khan mengunjungi Moskwa untuk kunjungan kenegaraan selama dua hari.

"Kami berteman dengan Rusia, dan kami juga berteman dengan AS. Kami berteman dengan China dan Eropa. Kami tidak berada di kubu mana pun," kata Khan.

Pemimpin Pakistan itu menambahkan, dia berencana untuk tetap netral dalam konflik dan bekerja dengan mereka yang berusaha untuk mengakhiri perang.(*)

(Tribunpekanbaru.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved