Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Perang Rusia vs Ukraina

Dapat Bantuan Senjata Canggih dari Inggris Militer Ukraina Langsung Percaya Diri bisa Kalahkan Rusia

Seorang militer dengan percaya diri mengatakan yakin Rusia akan ditendang kembali ke perbatasan. Mereka kini punya senjata canggih bantuan Inggris

Editor: Budi Rahmat
Aris Messinis / AFP
Seorang prajurit Ukraina berjalan menuju garis depan di kota Irpin, Ukraina utara, pada 12 Maret 2022. Pasukan Rusia ditempatkan di sekitar Kiev pada 12 Maret 2022 dan "menghalangi" Mariupol, tempat ribuan orang menderita pengepungan yang menghancurkan , di selatan Ukraina, sebuah negara yang telah dibom selama lebih dari dua minggu. 

Perancis Desak Rusia Akhiri Perang

Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz bersama-sama pada Sabtu (12/3/2022), mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri pengepungan mematikan selama berhari-hari di Kota Mariupol, Ukraina.

Hal ini disampaikan oleh Kantor Kepresidenan Perancis setelah diadakan pembicaraan di antara ketiga pemimpin negara tersebut lewat sambungan telepon.

"Situasinya sangat sulit dan (tindakan pasukan Rusia) tidak dapat ditoleransi secara manusiawi di Mariupol," kata seorang sumber di Istana Kepresidenan Elysee, setelah diadakan pertemuan secara virtual yang disebutnya sebagai "diskusi yang sangat jujur dan sulit" dengan pemimpin Rusia.

"Satu-satunya keputusan yang harus diambil Presiden Putin adalah mencabut pengepungan," ungkap sumber itu, dikutip dari AFP.

Kantor Presiden Perancis Emmanuel Macron juga menuduh Putin "berbohong" karena menuding pasukan Ukraina telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dengan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.

Baca juga: Culik Wali Kota, Militer Rusia Lantik Pejabat yang Baru Kota Melitopol di Ukraina Tenggara

Baca juga: Berhasil Kuasai Kota Melitopol Ukraina, Rusia Lantik Wali Kota Baru: Petahana Diculik

Menurut sumber di kantor para Pemimpin Perancis dan Jerman, panggilan telepon tiga arah yang berlansung selama 75 menit antara Macron, Putin, dan Olaf Scholz berfokus pada seruan Perancis dan Jerman untuk gencatan senjata segera dan langkah-langkah menuju solusi diplomatik.

Sumber itu mengunkap, Macron mengatakan kepada Putin, bahwa pelanggaran tentara Rusia harus dihentikan, memperingatkan bahwa tindakannya dapat memenuhi syarat sebagai kejahatan perang.

Sumber di kantor Presiden Perancis dan Kanselir Jerman mengatakan, kedua pemimpin berbicara secara terpisah sebelum melakukan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang memohon kepada mereka untuk meminta Putin menghentikan pertempuran.

Pasukan Rusia telah mendekati Ibu Kota Ukraina Kyiv dan membombardir beberapa kota lain.

Serangan itu telah mengusir jutaan warga Ukraina dari rumah mereka.

Zelensky juga meminta para pemimpin untuk membantu mengamankan pembebasan Wali Kota Melitpol, yang katanya telah diculik oleh pasukan Rusia.

"Kami memberikan tekanan maksimum dan kami tidak akan menyerah," kata Kepresidenan Perancis.

Menurut mereka, Macron telah menuntut dengan sangat kuat agar konflik berhenti secepat mungkin untuk menghindari hal-hal terburuk, termasuk Rusia menggunakan senjata terlarang atau menghancurkan kota-kota.

Baca juga: Getol Minta Bantuan Isreal, Naftali Bennett Malah Sarankan Ukraina Turuti Kemauan Rusia

Baca juga: Tahu Barat Kirim Senjata ke Ukraina, Rusia Tak Gentar: Malah Balik Mengancam

Presiden AS Joe Biden pada Jumat (10/3/2022), bersumpah bahwa Rusia akan membayar "harga yang mahal" jika menggunakan senjata kimia di Ukraina.

Macron telah mengambil peran utama dalam mencoba untuk terlibat dengan Putin atas serangan Rusia.

Elysee mengatakan mereka telah melakukan sembilan percakapan dengan pemimpin Rusia itu sejak bertemu dengannya di Kremlin pada 7 Februari. Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.(*)

(Tribunpekanbaru.com)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved