Perang Rusia vs Ukraina
NATO Mulai Jengah dengan Sikap Dingin China Terkait Invansi Rusia, 'Saatnya Kita Tegas pada China'
China yang dingin menyikapi agresi Rusia bikin NATO jengah juga. Mereka kini tegas meminta China ambil sikap dan mengutuk Rusia atas tindakan mereka
"Inggris akan bekerja dengan sekutu kami untuk meningkatkan dukungan militer dan ekonomi ke Ukraina, memperkuat pertahanan mereka saat membalikkan keadaan dalam pertarungan ini," kata Johnson dikutip dari Reuters.
Baca juga: Penjahat Takluk Oleh Rayuan Wanita Cantik Asal Rusia Ini, Berhubungan Badan Jadi Senjata Utamanya
"Satu bulan setelah krisis ini, komunitas internasional menghadapi pilihan. Kita dapat menjaga api kebebasan tetap hidup di Ukraina, atau mengambil risiko dipadamkan di seluruh Eropa dan dunia."
Sebagai bagian dari paket, Inggris akan menyediakan 6.000 rudal dan 25 juta pounds dukungan keuangan untuk militer Ukraina.
Inggris juga akan menyediakan 4,1 juta pound untuk BBC World Service guna membantu layanan bahasa Ukraina dan Rusia, dan mengatasi disinformasi.
Sementara itu, Jerman akan mengirim 2.000 senjata anti-tank tambahan ke Ukraina untuk membantunya mengusir invasi Rusia, kata seorang sumber di parlemen kepada AFP, Rabu (23/3/2022).
Pasukan Ukraina sebelumnya telah menerima 1.000 senjata anti-tank dan 500 peluncur rudal permukaan-ke-udara tipe Stinger dari Bundeswehr, tentara Jerman.
Jerman juga telah memasok sekitar 500 rudal darat-ke-udara Strela dari 2.700 yang dijanjikan.
Sumber parlemen, yang tidak ingin disebutkan namanya itu, mengonfirmasi bahwa 2.000 senjata anti-tank tambahan akan dikirim ke Ukraina, membenarkan informasi yang beredar di media Jerman.
"Kami adalah salah satu pemasok senjata terbesar ke Ukraina dalam situasi saat ini," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock kepada parlemen, Rabu (23/3/2022).
"Ini tidak membuat kami bangga, tetapi inilah yang harus kami lakukan sekarang untuk membantu Ukraina," tambahnya.
Jerman enggan mengirim senjata ke Ukraina saat pasukan Rusia berkumpul di perbatasannya tahun lalu, tetapi Kanselir Olaf Scholz mengubah kebijakan setelah dimulainya invasi Rusia bulan lalu.
Jerman sebelumnya enggan mengekspor senjata mematikan ke zona konflik karena sejarahnya di bawah Nazisme.
Baerbock juga mengatakan kepada parlemen, sisa senjata yang dijanjikan ke Ukraina sedang dalam perjalanan.(*)
(Tribunpekanbaru.com)