Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Perang Rusia vs Ukraina

Ukraina Minta Bantuan, NATO : Putin Tidak bisa Memenangkan Perang Ini, Rusia harus Dihentikan

NATO tegas mengatakan siap memberikan bantuan pada Ukraina. Mereka mengatakan Putin tidak akan bisa memenangi peperangan tersebut

Editor: Budi Rahmat
AFP
Ukraina minta bantuan NATO untuk kalahkan Rusia 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Harapan Ukraina menembah bantuan untuk menghadapi Rusia, langsung disambut NATO.

"Vladimir Putin telah melewati garis merah menuju barbarisme," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson ketika para pemimpin NATO tiba untuk pertemuan dan konflik menandai satu bulan.

"Semakin keras sanksi kami, semakin keras wakil ekonomi kami di sekitar rezim Putin, semakin banyak yang bisa kami lakukan untuk membantu Ukraina, saya pikir semakin cepat masalah ini bisa selesai," katanya.

Baca juga: NATO Semakin Agresif, Persilahkan 4 Negara Ini Perang Lawan Agresi Rusia di Eropa Timur

Artinya Nato konsen untuk terus berusaha menghentikan perang Rusia vs Ukraina. Dengan sanksi yang sudah dijatuhkan kepada Rusia.

NATO akan terus berada di pihak Ukraina untuk menjaga perdamaian dan memberikan hak kedaulatan bagi Ukraina

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mengimbau para pemimpin NATO untuk meningkatkan dukungan militer bagi negaranya terhadap serangan Rusia.

Para pemimpin NATO telah mendorong untuk menaikkan biaya bagi Presiden Rusia Vladimir Putin atas serangan negaranya di Ukraina dengan memperkuat pasokan senjata ke Kiev dan memperkuat sayap timur aliansi itu.

Presiden AS Joe Biden ingin meningkatkan persatuan dan meningkatkan sanksi terhadap Moskow pada serangkaian pertemuan puncak sehari di Brussels.

Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas meminta aliansi 30 negara untuk "menggandakan upaya kami" untuk memeriksa serangan Kremlin terhadap tetangganya yang pro-Barat.

"Putin tidak bisa memenangkan perang ini," katanya. "Kita harus menghentikan penjahat perang."

Baca juga: TERUNGKAP, Tentara Rusia Paksa Gadis Ukraina Berhubungan Badan, Lalu Dihabisi

Baca juga: Perang Rusia vs Ukraina Makin Melebar, Joe Biden : Rusia Mau Hancurkan Sistem Internet Dunia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang negaranya tidak tergabung dalam NATO, menyerukan persenjataan yang lebih canggih dan intervensi yang lebih besar dalam pidato video kepada para pemimpin saat ia berusaha membujuk Barat agar memberikan tanggapan yang lebih keras.

"Kami sedang menunggu langkah-langkah yang berarti. Dari NATO, Uni Eropa dan G7," kata Zelenskyy menjelang hari pertemuan puncak ketiga organisasi di Brussels.

"Di tiga puncak ini kita akan melihat: Siapa teman, siapa mitra, dan siapa yang mengkhianati kita demi uang. Hidup hanya bisa dipertahankan jika bersatu."

'Biaya di Rusia'

Para pemimpin NATO berjanji untuk meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina dan memberikan perlindungan terhadap ancaman kimia dan nuklir dari Rusia.

"Kami bertekad untuk terus membebankan biaya pada Rusia untuk mengakhiri perang brutal ini," kata kepala NATO Jens Stoltenberg.

Namun aliansi tersebut telah menolak permintaan dari Kiev untuk memberlakukan zona larangan terbang guna membantu menghentikan serangan gencar Rusia karena takut terseret ke dalam konflik "penuh" dengan Moskow.

Baca juga: Joe Biden Penakut, Jika Donald Trump Presiden, Dia Akan Bombardir Rusia Pakai Kapal Selam Nuklir

Baca juga: Di saat Rakyatnya Berperang Melawan Rusia, Istri Pejabat Ukraina Kabur Membawa Uang $30 Juta

"Kami memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa konflik ini tidak meningkat di luar Ukraina yang akan menyebabkan lebih banyak penderitaan, bahkan lebih banyak kematian, bahkan lebih banyak kehancuran," kata Stoltenberg.

NATO telah mengerahkan puluhan ribu tentara ke sisi timurnya setelah invasi Rusia untuk melawan ancaman tumpahan dari konflik ke negara-negara aliansi.

Biden memperingatkan sebelum menuju ke Eropa tentang "ancaman nyata" bahwa Kremlin dapat menggunakan senjata kimia di Ukraina.

Stoltenberg mengatakan kepada wartawan bahwa "setiap penggunaan senjata kimia secara fundamental akan mengubah sifat konflik".(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved