Dana CSR PT RAPP Rp 3,2 M, Wisatawan Bisa Lihat Ranjang Sultan Syarif Kasim II di Istana Peraduan
Istana Peraduan yang berada di samping kiri istana Siak belum lama ini dibuka untuk akses wisatawan setelah dilakukan pemugaran.
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Istana Peraduan yang berada di samping kiri istana Siak belum lama ini dibuka untuk akses wisatawan setelah dilakukan pemugaran.
Istana Peraduan ini merupakan rumah pribadi Sulyan Syarif Kasim II bersama permaisurinya, yang selama ini aksesnya tertutup dari umum, Kondisi istana dari semula juga dalam keadaan memprihatinkan.
Pemkab Siak kembali mempugar istana ini sesuai dengan bentuk aslinya agar menjadi destinasi wisata sejarah di Siak.
Pemugaran Istana Peraduan ini dibiayai oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) melalui program Corporate Social and Responbility (CSR). Istana tersebut bisa diakses oleh wisatawan sejak April 2021, usai peresmian pemugaran pembangunannya.
Istana tersebut tepat di sisi kiri istana Asserayyah Al Hasimiyah, dengan atap berbentuk limas yang kokoh, bersih dan terang.
Sepintas, bangunan itu menyerupai bangunan peninggalan kolonial Belanda, namun ada lambang kerajaan Siak di depannya.
Pemugaran Istana Peraduan itu dilaksanakan sesuai kajian Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), tanpa mengubah bentuk asli.
“Banyak wisatawan yang penasaran seperti apa bentuk ruangan pribadi sultan dan permaisurinya, seperti apa ranjang dan tata letak perkakas di kamar sultan, sehingga wisatawan yang datang ke istana Siak rata-rata juga datang ke Istana Peraduan,” kata Junaidi, petugas Ticketing Istana Siak, Selasa (5/4/2022).
Pada Istana Peraduan inilah pengunjung akan merasakan hawa masa lampau, kehidupan pribadi Sultan Syarif Kasim II bersama istrinya Tengku Syarifah Latifah.
Wisatawan bisa melihat langsung ranjang sultan dan bahkan merasakan empuknya ranjang itu.
Bentuk ranjang Sultan yang direplikasi dari bentuk aslinya yang mewah dan elegan. Pemandangan ini menjadi pemandangan yang paling ekslusif.
Ranjang ini terdiri dari 4 tiang tinggi, untuk menyangga kelambunya.
Sultan dan permaisurinya memilih warna kelambunya yang sangat elegan dan tidak norak, yakni kain renda berwarna putih berbalut kain kuning yang menawan.
Warna ini merupakan warna kebangsawanan Melayu.
Meski ranjang itu merupakan replikasi dari bantuk aslinya, para pengunjung tetap merasakan hawa romantisme Sultan yang tertinggal di ranjang itu.
“Pada zaman dahulu, kamar yang tertata rapi dan ranjang yang sudah empuk, kelambu dengan kain pilihan, itu luar biasa.
Hawa dalam ruangan ini membawa saya ke masa Sultan, membayangkan romantisnya Sultan dengan permaisurinya dalam balutan religiusitas yang tinggi,” kata pengunjung asal Pekanbaru, Ramdhani yang dianggukkan oleh pemandu di istana itu, Zainuddin.
Kamar pribadi Sultan Syarif Kasim II tidaklah terlalu luas. Ruangan dalam kamarnya tanpa sekatan, namun ranjangnya mencuri perhatian wisatawan sejak dibukanya Istana Peraduan itu untuk umum.
Di sebelah ranjang Sultan, terdapat sebuah kursi, lengkap dengan meja berukuran sedang.
Di atas meja itu terletak sebuah Alquran, yang membuktikan bahwa betapa religiusnya sultan terakhir Siak itu.
Istana Peraduan sebagai Mahar Pernikahan Sultan
Istana Peraduan ini dinamakan juga istana Tengku Syarifah Latifah.
Istana Peraduan tersebut mahar pernikahan Sultan Syarif Kasim II dengan Tengku Syarifaf Latifah, sang permaisuri.
“Ya benar, dalam sejarahnya istana tersebut memang mahar Sultan terhadap permaisurinya Tengku Syarifah Latifah,” kata Datuk Seri Wan Said, Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Siak.
Ia memaparkan, Istana Peraduan dibangun pada 1915 silam atau 7 tahun setelah lahirnya Boedi Oetomo, organisasi pemuda yang didirikan Soetomo untuk menyatukan nusa dan bangsa.
Pembangunan Istana Peraduan ini selesai pada 1916.
“Istana Peraduan merupakan bangunan penting sebagai bukti otentik dari kerajaan Siak selain dari istana utama.
Bangunan ini adalah cagar budaya dan ornamen peradaban Melayu. Karena itu harus dirawat,” kata dia.
Ia memberikan apresiasi atas dipugarnya bangunan itu, sehingga bentuk dan nilai sejarahnya menjadi abadi.
Datuk Seri Wan Said juga memuji kepedulian PT RAPP yang mau mengeluarkan dana Rp 3,2 miliar untuk mempugar bangunan yang menjadi kebanggaan masyarakat Siak tersebut.
“Mungkin orang tidak akan tahu nilai sejarah dari bangunan Istana Peraduan, jika tidak dipugar hingga ke bentuk semula,” kata dia.
Memugar Istana Peraduan
PT RAPP tidak ragu menggelontorkan dana Corporate Social Responsibility (CSR)-nya untuk membantu merestorasi Istana Peraduan atau
Tengku Syarifah Latifah itu.
Restorasi bangunan cagar budaya itu berdasarkan kajian TACB. Pelaksanaan kegiatan restorasi ini diawasi sehingga pemugaran tidak mengubah bentuk aslinya.
Pemugaran Istana Peraduan ini mulai dilaksanakan pada 29 Oktober 2019. Senin, 12 April 2021, Direksi PT RAPP serahterimakan Istana Peraduan itu kepada Pemkab Siak.
Serah terima ini berlangsung di ruangan Pucukrebung kantor bupati Siak.
Penyerahan ini dilaksanakan oleh Direktur PT RAPP Mhd Ali Shabri dan diterima oleh Bupati Siak Alfedri.
Dari pihak RAPP dihadiri juga oleh jajaran direksi lainnya, yakni Mulia Nauli dan pihak Pemkab Siak juga dihadiri Sekdakab Siak Arfan Usman dan jajarannya.
Pada kegiatan itu ditayangkan video tentang Istana Peraduan yang menjadi Situs Cagar Budaya itu.
Setelah serahterima dilaksanakan, direksi PT RAPP bersama bupati Siak dan jajaran masing-masing mengunjungi Istana Peraduan yang sudah kinclong tersebut.
Mereka menandatangani prasasti peresmian dan menggunting pita di pintu depan istana itu.
Setelah itu kedua pihak mengelilingi istana, mendatangi satu ruangan ke ruangan lain, mengecek kondisinya.
Baik Mhd Ali Shabri maupun Alfedri mencoba duduk di kursi tamu ruangan utama istana itu.
Mereka duduk sambil membayangkan bertamu ke rumah Sultan yang disambut oleh Sultan Syarif Kasim.
Setelah berkeliling dari ruangan ke ruangan lain, Ali Shabri dan Alfedri terhenyak melihat ranjang sultan.
Keduanya menaruh rasa takjub dan kagum, seakan-akan ranjang itu adalah ranjang masa kini.
Meskipun replika tetapi tetap berbentuk sebagaimana aslinya.
Replika itu dibuat berdasarkan kajian ilmiah TACB.
“Replika ini sudah berdasarkan kajian Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), dan seperti inilah bentuk ranjang sultan Siak dan permaisurinya,” kata Zainuddin, pemandu istana.
Menurut Ali Shabri, Istana Peraduan ini merupakan salah situs cagar budaya yang amat berharga.
Erat kaitannya dengan sejarah Kesultanan Siak dan sangat berarti dalam sejarah mendukung perjuangan bangsa.
Istana Peraduan yang menjadi tempat peristirahatan Sultan Syarif Kasim II adalah bagian dari Istana Kesultanan Siak Sri Indrapura.
“Istana ini mulai dipugar pada 29 Oktober 2018 lalu, sebagai bentuk kepedulian PT RAPP terhadap situs cagar budaya, sejarah dan kebudayaan itu sendiri,” katanya.
Selain merekonstruksi, juga merevitalisasi istana itu dalam mengembalikan bentuk asli peninggalan Sultan Siak.
Pemugaran itu juga menata kembali interior dan eksterior Istana Peraduan serta melengkapi furniture yang ada di dalam istana itu.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemkab Siak dan Cagar yang sudah memberi kepercayaan kepada PT RAPP untuk melaksanakan proyek pemugaran Istana Peraduan ini.
Kami juga berterima kasih kepada seluruh pihak, khususnya Pemda Siak serta pemangku kepentingan telah mendukung dan bekerjasama hingga proyek pemugaran tersebut terlaksana dan selesai dengan baik.
Semoga menjadi daya tarik wisata baru di Siak," ujar Mhd Ali Shabri.
Ali Shabri mengatakan, pemugaran itu meliputi 6 ruangan, terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, diorama, kamar tidur utama, ruang makan keluarga dan ruangan pembatas.
Pengerjaannya dimulai pada Oktober 2018 dan rampung pada 9 Januari 2020. Restorasi istana ini telah menelan biaya Rp3,2 miliar.
"Kami berharap agar Istana Peraduan yang sudah selesai dipugar ini dapat dilindungi dan dijaga keberadaannya sehingga tetap dikenal sebagai salah satu warisan sejarah dan cagar budaya yang ada di Kabupaten Siak dan di Indonesia bahkan dunia pada umumnya," harapnya.
PT RAPP adalah industri terpadu dalam mengolah hasil hutan tanaman industri menjadi pulp, kertas, serat rayon dan benang yang terintegrasi saat ini di Provinsi Riau.
Meski demikian, perusahaan ini juga tetap memperhatikan aspek sosial budaya, dan lingkungan yang berkelanjutan di wilayah operasionalnya.
Menurut Ali Shabri, selain melalui program pengembangan masyarakat, salah satunya adalah mendukung pemerintah dalam pencapaian target dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s).
Target ini terus dikejar pada beberapa tujuan dan target sasaran.
“Dukungan tersebut salah satunya dalam wujud realisasi proyek pemugaran Istana Peraduan, proyek ini menjadi kontribusi RAPP terhadap tujuan SDG ke-11 atau membangun kota dan pemukiman inklusif, aman, tahan lama dan berkelanjutan.
Bahkan ini masuk ke dalam target ke-4 yakni menguatkan upaya untuk melindungi dan menjaga warisan budaya dan natural dunia,” kata dia.
Sementara itu, Bupati Siak Alfedri mengaku sangat terharu dan amat bersyukur atas selesainya pemugaran Istana Peraduan itu.
Terus terang, atas nama Pemkab Siak dan masyarakat ia mengucapkan terimakasih atas bantuan RAPP tersebut.
Menurutnya pemugaran sudah dilakukan dengan cukup megah dan indah.
"Alhamdulillah, Istana Peraduan sudah dipugar dan dikembalikan pada bentuk aslinya.
Pekerjaan restorasi ini membutuhkam waktu, tak bisa sebentar, tidak seperti pekerjaan fisik biasa, karena harus ada kajian TACB,” kata dia.
Menurut Alfedri, kepedulian PT RAPP untuk mempertahankan bukti sejarah kesultanan Siak patut diacungi jempol.
Ia juga akan berkomitmen untuk terus menggali potensi wisata sejarah Siak.
“Visi kita saat ini memang ingin menjadikan Siak sebagai tujuan utama wisata sejarah di Sumatera,” kata dia. (Adv)
