Pembakaran Al Quran
Quran Kembali Dibakar Ekstremis, Pimpinan Denmark Patriots Ternyata Kriminal
Rasmus Paludan pernah dipenjara atas berbagai tuduhan, termasuk penyerangan hingga pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Kelompk ekstremis Denmark Patriots yang dikenal gerombolan anti-Islam kembali menggelar aksi pembakaran Al Quran.
Mereka membakar dua salinan Al Quran dalam aksi yang digelar di ibu kota Denmark, Kopenhagen, Senin (24/7/2023) kemarin.
Ternyata para pentolan pembakar Quran adalah kriminal. Bahkda ada yang mencabuli anak di bawah umur.
Kelompok radikal yang kerap menggelar aksi penistaan terhadap Islam itu menjadi sorotan publik saat ini.
Mereka kerap menyiarkan langsung momen ofensif di akun media sosial mereka.
Namun masih belum banyak yang tahu sosok pemimpin Denmark Patriots tersebut.
Denmark Patriots didirikan pada tahun 2021 oleh Tuk Onzen Lorenzen setelah ia memisahkan diri dari organisasi Kursus yang didirikan oleh ekstremis terkemuka Swedia-Denmark Rasmus Paludan pada tahun 2017.
Rasmus Paludan pernah dipenjara atas berbagai tuduhan, termasuk penyerangan hingga pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur.
Paludan tidak menyangkal dakwaan tersebut tetapi mengatakan dia tidak mengetahui usia anak di bawah umur tersebut.
Tuduhan ini lah yang menyebabkan pembelotan kelompok-kelompok kecil dari "garis solid", termasuk ultra Partai Nasional Denmark Danske Patriot .
Dilansir dari Globe Echo, seperti Rasmus Paludan, Tok Onzen Lorenzen juga seorang kriminal.
Lorenzen pernah masuk penjara atas tuduhan "serangan kekerasan, perampokan dan vandalisme."
Ia menyerang ayahnya pada musim gugur 2018 silam.
Polisi Denmark menanggapi panggilan darurat dari sebuah keluarga, dan menemukan bahwa Lorenzen menyerang ayahnya dengan menyemprotnya dengan semprotan merica, menghancurkan pintu depan rumah, komputer, dan sebotol alkohol.
Pengadilan menjatuhkan hukuman lima bulan penjara, dan dia juga dihukum karena mengancam saksi dalam kasus ini.
Lorenzen kemudian menyerang Sikander Siddig, pemimpin sayap kiri Danish Free Greens.
Pengadilan memvonisnya, sekali lagi, karena menjadi polisi gadungan di situs kencan dan media sosial.
Dia sebelumnya dihukum karena perdagangan ganja dan tuduhan perampokan.
Pada tahun 2022, partai Garis Solid, yang dipimpin oleh Rasmus Paludan, memperoleh lebih dari dua puluh ribu tanda tangan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam pemilu, sementara partai Patriot Denmark yang dipimpin oleh Lorenzen, hanya mendapatkan 120 tanda tangan.
Bahkan di media sosial, kicauan Lorenzen tidak terlalu populer, karena terkadang mendapatkan maksimal 20 suka, dari hanya lima puluh pengikut akun Twitter Lorenzen.
Diduga ia menggunakan aksi pembakaran Alquran untuk meningkatkan jumlah followers di media sosial demi kepentingan politik.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.