Israel vs Hamas
AS, Inggris dan Prancis Halangi Gencatan Senjata, Warga Gaza Semakin Menderita
DK PBB, yang seharusnya menjadi mercusuar persatuan di saat krisis, menunjukkan pandangan yang sangat terpecah dan partisan.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Di tengah salah satu krisis kemanusiaan yang paling mengerikan dalam sejarah, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mendapati dirinya terjebak dalam kebuntuan yang tidak dapat diatasi, dengan resolusi untuk gencatan senjata yang berkelanjutan di Gaza yang diblokade secara ilegal mulai gagal.
DK PBB, yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Tiongkok dan Perancis sebagai anggota tetapnya, memegang otoritas tertinggi dalam menentukan nasib resolusi-resolusi tersebut.
Namun, komunitas internasional menyaksikan dengan cemas ketika kelima negara ini, yang mempunyai kekuatan untuk memberikan kelonggaran bagi warga Gaza yang dilanda perang, terus menghalangi setiap resolusi, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang komitmen mereka untuk mengakhiri penderitaan orang-orang tak berdosa.
Meskipun papan catur geopolitik melihat negara-negara kuat ini bermanuver, masyarakat Gazalah yang menanggung beban konflik paling besar.
Setiap veto dan penolakan hanya akan memperdalam penderitaan mereka yang terjebak dalam baku tembak.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran mendalam mengenai efektivitas DK PBB, sebuah entitas yang dirancang untuk menjadi badan pengambil keputusan terpenting dalam organisasi antar pemerintah.
Hari Rabu menjadi saksi episode menyedihkan lainnya ketika DK PBB sekali lagi gagal mengeluarkan dua resolusi penting yang menyerukan gencatan senjata.
Salah satu resolusi tersebut bahkan dirancang oleh Amerika Serikat, sekutu setia Israel.
Namun, bahkan resolusi-resolusi sebelumnya yang dirancang oleh Rusia dan Brazil mengalami nasib yang sama, digagalkan oleh veto dari anggota tetap DK PBB.
Di tengah perjuangan ini, terdapat perbedaan yang mencolok antara negara-negara yang secara historis bersekutu dengan Israel, termasuk AS, Inggris, dan Prancis, yang terus memberikan dukungan teguh kepada pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Di sisi yang berlawanan, Rusia dan Tiongkok dengan tegas mendukung Palestina dan secara terbuka mengkritik agresi Israel.
DK PBB, yang seharusnya menjadi mercusuar persatuan di saat krisis, menunjukkan pandangan yang sangat terpecah dan partisan.
Meskipun blok Barat yang dipimpin AS dan blok Timur yang dipimpin Rusia dan Tiongkok mengutuk Hamas atas serangannya dan menyerukan gencatan senjata, politik terus-menerus ikut campur, menolak gencatan senjata kemanusiaan yang sangat mereka butuhkan bagi rakyat Gaza.
Resolusi-resolusi yang ditolak tersebut, meskipun dengan kata-kata yang berbeda, memiliki tujuan yang sama – “gencatan senjata kemanusiaan” atau “jeda kemanusiaan” yang memungkinkan pengiriman bantuan yang aman kepada warga sipil.
Baik resolusi yang dirancang Amerika maupun Rusia mengutuk serangan Hamas terhadap warga sipil Israel, dan menekankan krisis kemanusiaan yang memburuk yang telah merenggut nyawa lebih dari 7.900 orang sejak konflik dimulai.
| Ratusan Ribu Warga London Kibarkan Bendera Palestina, Ada Aksi Tandingan |
|
|---|
| Brigade Al Qassam Kembali Tewaskan Sejumlah Tentara IOF Israel dan Tank |
|
|---|
| Anggota parlemen Irlandia Ingin Seret Netanyahu ke ICC |
|
|---|
| Israel Usir Pasien Dari Rumah Sakit, Dibiarkan Mati Tanpa Perawatan |
|
|---|
| Abu Obeida Sebut Al Qassam Hancurkan 160 Unit Peralatan Militer Israel |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.