Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Israel vs Hamas

PBB Sebut Penampungan Pengungsi di Gaza di Gempur Israel

PBB menyebut Israel telah menggempur empat sekolah yang digunakan sebagai tempat perlindungan pengungsi Palestina (UNRWA) di Jalur Gaza.

Reuters
PBB Sebut Penampungan Pengungsi di Gaza di Gempur Israel 

TRIBUNPEKANBARU.COM - PBB menyebut Israel telah menggempur empat sekolah yang digunakan sebagai tempat perlindungan pengungsi Palestina (UNRWA) di Jalur Gaza, Kamis (2/11/2023) malam.

PBB menyebut, setidaknya 23 orang tewas dalam waktu 24 jam dalam serangan tersebut.

Empat “sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan” telah berfungsi sebagai rumah sementara bagi sekitar 20.000 orang, yang telah mengungsi akibat serangan tanpa henti yang dilakukan pasukan Israel di wilayah kantong Palestina yang berpenduduk padat selama hampir empat minggu.

Setidaknya 20 orang tewas dan lima lainnya luka-luka di sekolah penampungan di kamp pengungsi Jabalia, kamp pengungsi terbesar di Jalur Gaza, dua hari setelah pemboman besar-besaran di wilayah tersebut, kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini dalam siaran persnya.

Setidaknya 195 orang tewas di Jabalia pada hari Selasa dan Rabu, menurut kantor media Gaza.

Sebelumnya pada Kamis, sekolah penampungan lainnya di utara Jalur Gaza juga rusak. Seorang anak dilaporkan tewas.

Lebih jauh ke selatan, dua sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan di Kamp Pengungsi al Bureij juga terkena serangan, kata UNRWA. Dua orang dilaporkan tewas dan 31 lainnya luka-luka.

“Sejak dimulainya perang pada 7 Oktober, hampir 50 gedung dan aset UNRWA terkena dampaknya, dan beberapa di antaranya terkena dampak langsung,” kata Lazzarini.

Bangunan-bangunan tersebut digunakan sebagai tempat berlindung dan saat ini menampung sekitar 700.000 orang.

Salah satu korbannya adalah seorang pengungsi muda Palestina yang juga merupakan staf UNRWA bernama Mai Ibaid.

Dia adalah "seorang pengembang perangkat lunak cerdas berusia pertengahan 20-an yang memiliki disabilitas fisik," kata Lazzarini. “Dia mengungsi dari rumahnya dan dibunuh di Kamp Pengungsi Jabalia bersama anggota keluarganya.”

Ibaid adalah salah satu dari 72 staf UNRWA yang terbunuh sejak 7 Oktober, yang merupakan jumlah tertinggi pekerja bantuan PBB yang tewas dalam konflik dalam waktu singkat, kata badan tersebut.

"Berapa lagi?" tulis Lazzarini. “Berapa banyak lagi kesedihan dan penderitaan? Gencatan senjata kemanusiaan sudah terlambat demi kemanusiaan.”

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved