Islamofobia
Jerman Akui Islamofobia Meningkat Sejak Perang Israel-Palestina
Dengan populasi lebih dari 84 juta orang, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Perancis.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser mengakui bahwa Jerman mempunyai masalah Islamofobia dan berjanji akan mengambil tindakan yang lebih kuat untuk mengatasi masalah tersebut di tengah meningkatnya ancaman dan kebencian terhadap umat Islam.
“Di Jerman, hampir setiap detik orang setuju dengan pernyataan Islamofobia, dan saya mengatakan ini dengan jelas, kita juga memiliki masalah Islamofobia di Jerman,” kata Nancy Faeser pada Konferensi Islam Jerman pada hari Selasa.
Saat berbicara kepada perwakilan komunitas Muslim dan organisasi migran, Faeser mengatakan pemerintah menyadari masalah ini, dan mereka sedang mengkaji rekomendasi para ahli untuk mengambil tindakan baru.
“Bagi banyak Muslim di Jerman, ancaman menjadi korban serangan anti-Muslim sudah menjadi kenyataan sehari-hari. Hal ini berdampak buruk pada rasa aman masyarakat, kami tidak bisa menerimanya,” kata politisi Sosial Demokrat itu.
“Semua orang di Jerman mempunyai hak untuk hidup aman dan menikmati kebebasan demokratis, yang berarti bahwa kami tidak akan menoleransi permusuhan terhadap Muslim, ekstremisme sayap kanan, antisemitisme, rasisme, dan bentuk misantropi lainnya,” tambahnya.
Komunitas Muslim di Jerman melaporkan adanya peningkatan kejahatan rasial Islamofobia sejak meningkatnya konflik Israel-Palestina bulan lalu, yang dipicu oleh pemberitaan media yang bias mengenai perkembangan terkini, dan propaganda yang dilakukan oleh politisi sayap kanan.
Dengan populasi lebih dari 84 juta orang, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Perancis.
Di antara hampir 5,3 juta penduduk Muslim di negara tersebut, 3 juta diantaranya adalah keturunan Turki.
'Muslim di Jerman takut untuk berbicara'
Dewan Pusat Muslim Jerman pada hari Selasa memperingatkan terhadap tuduhan palsu anti-Semitisme terhadap mereka yang mengkritik kampanye militer Israel terhadap Jalur Gaza.
“Banyak umat Islam di negara kita merasa gelisah, mereka takut untuk bersuara, dan merasa terintimidasi oleh perdebatan tersebut,” Ketua Dewan Pusat Muslim Aiman Mazyek mengatakan kepada radio publik RBB.
Dia mengatakan politisi dan media yang menuduh organisasi Muslim anti-Semitisme, atau mendukung Hamas, adalah kesalahan.
Mazyek menggarisbawahi bahwa umat Islam mengutuk serangan yang menargetkan warga sipil, namun juga menuntut diakhirinya kampanye militer yang dilakukan Israel.
“Di satu sisi, ini tentang mengutuk ekstremisme seperti teror Hamas pada 7 Oktober dan, di sisi lain, memperjelas bahwa perang di Gaza dan pemboman Israel tidak boleh dilanjutkan,” katanya.
Pada akhirnya, peningkatan kekerasan hanya akan membantu kelompok ekstremis dan mendorong solusi perdamaian di Timur Tengah di masa depan, kata Mazyek.
Dia mengkritik laporan media Jerman yang menyebut demonstrasi pro-Palestina sebagai "unjuk rasa Hamas" dan menuduh para pengunjuk rasa melakukan "anti-Semitisme" atau hasutan kebencian.
| Paksa Buka Jilbab Dua Muslimah, Polisi New York Bayar Rp 278 Miliar |
|
|---|
| Kasus Islamofobia di Amerika Serikat Meroket Seiring Perang di Gaza |
|
|---|
| Menang Pemilu, Tokoh Anti Islam Belanda ini Gagal Bentuk Koalisi |
|
|---|
| Tokoh Anti Islam di Belanda Menang Pemilihan Perdana Menteri |
|
|---|
| Konferensi Internasional Islamofobia Bahas Penyebab Kebencian Terhadap Muslim |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/islamofobia-dan-kebencian-terhadap-islam-meningkat-di-jerman.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.