Generasi Muda Indonesia Punya Peran Besar Hadapi Perubahan Iklim
DesaBumi adalah inisiatif untuk menyediakan menjembatani kesenjangan pembangunan antara pedesaan dan perkotaan.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Generasi muda melalui berbagai inovasi di tingkat tapak memiliki peran besar untuk membantu masyarakat menghadapi ancaman perubahan iklim.
Hal itu terungkap pada salah satu sesi diskusi panel bertajuk “Youth and Renewable Energy: Our Hope, Our Action” yang digelar di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab, Jumat 1 Desember, 2023.
Salah satu anak muda Indonesia yang melakukan inovasi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) adalah Gamma Thohir, Founder dari DesaBumi. Gamma menjelaskan DesaBumi adalah inisiatif untuk menyediakan menjembatani kesenjangan pembangunan antara pedesaan dan perkotaan di Indonesia melalui energi baru dan terbarukan (EBT), seperti mikro hidro atau pembangkit listrik tenaga surya.
"Hingga saat ini, DesaBumi telah ada di tiga lokasi di Indonesia," katanya.
Pertama, di Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi, Jawa Barat, yang terletak di lereng Gunung Halimun. Di Kasepuhan ini, DesaBumi memfasilitasi listrik untuk masyarakat setempat melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) berkapasitas 40 kw.
Kedua, di Desa Liyu, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Di desa yang dihuni masyarakat adat Dayak Deah dan terletak di kawasan geosite Geopark Meratus, DesaBumi mendukung akses listrik dari energi surya berkapasitas 2,9 kw untuk pengembangan kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan.
Ketiga, di Desa Bangkiling Raya, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Di semester pertama 2023, DesaBumi mendukung kelistrikan di Bangkiling Raya melalui pemasangan panel surya dengan kapasitas 5,3 kw.
Untuk memperluas pemanfaatan EBT, DesaBumi menandatangani nota kesepahaman dengan Society of Renewable Energy (SRE), yang juga digawangi anak muda, Zagy Yakana Berian. Zagy juga menjadi pembicara pada sesi panel tersebut.
Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono yang memberi pidato kunci pada sesi tersebut menjelaskan Indonesia mampu memberi harapan bagi dunia karena memiliki banyak ecopreneur yang menciptakan inovasi-inovasi produk ramah lingkungan dengan tujuan mengurangi emisi GRK.
Diaz mengingatkan pemanasan global sudah sangat mengkhawatirkan dan perubahan iklim sudah ada di depan mata. Diaz mengungkapkan fakta bahwa pemanasan global dan perubahan iklim dapat memakan korban jiwa lebih banyak dari peperangan, serangan terorisme, dan bencana alam.
Terkait perang, Diaz juga menyatakan, sebagai salah satu penyebab perubahan iklim. Untuk itu dia meminta agar pemimpin-pemimpin dunia menghentikannya.
“Selain membunuh jutaan orang, peperangan menyumbangkan 5,5 persen emisi GRK setiap tahunnya. Oleh karena itu kita, terutama anak muda, harus menyuarakan kepada pemerintahan dunia untuk menghentikan konflik dan peperangan karena dapat memperparah pemanasan global dan membunuh lebih banyak orang," ujar Diaz.
Pembicara lain yang hadir pada sesi tersebut adalah Director Youth Advocates for Change Lara Rudar dan Chairman TAQA Youth Council Ali Al-Shemmari. (*)
| Akhir dari Harvey Moeis: Suami Sandra Dewi Itu Kini Jalani Hidup di Balik Jeruji Besi 20 Tahun |
|
|---|
| Kunci Jawaban Halaman 149 150 Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Kurikulum Merdeka |
|
|---|
| Antusias Bank Jatah dengan Keberhasilan Bioavtur: Siap Berkolaborasi Demi Hilirisasi Energi |
|
|---|
| Cara Licik Oknum Polisi Curi Mobil Perwira Mabes Polri, Terbongkar karena GPS |
|
|---|
| Lirik Lagu Minang Tarayu Janji Cinto Dinyanyikan Oleh Anggrek |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.