HEBOH FENOMENA Makan Tabungan, Bank Indonesia Sambut Baik

TRIBUNPEKANBARU.COM - Belakangan, muncul fenomena masyarakat makan tabungan.

Fenomena ini menggambarkan kondisi masyarakat yang mengambil tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Terkait fenomena ini,  Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan berdampak positif.

Artinya daya beli masyarakat, khususnya kelompok masyarakat menengah ke bawah, mulai membaik.

Perry menjelaskan, daya beli masyarakat dapat dihitung dengan menjumlahkan tingkat kenaikan pendapatan dikurangi tingkat inflasi, khususnya dari kelompok makanan.

Apabila kenaikan pendapatan lebih rendah dari inflasi, maka daya beli masyarakat melemah, begitupun sebaliknya.

Baca juga: Praperadilan Kalah, Firli Bahuri: Mohon Maaf, Mohon Ampun ke Allah SWT,

Baca juga: Istri Selingkuh, tapi 4 Anaknya Jadi Korban, Panca Layak Dihukum Mati?

"Oleh karena itu salah satu tujuan mengendalikan inflasi pangan adalah mempertahankan daya beli," kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (21/12/2023).

Akan tetapi, dengan berbagai upaya yang telah dilakukan BI bersama pemerintah, laju inflasi pangan kian melandai.

Bahkan, selama beberapa bulan terakhir tingkat inflasi pangan sudah berada di bawah 4 persen.

"Bulan lalu inflasi pangan di bawah 4 persen. Dari 11,3 persen turun drastis menjadi di bawah 4 persen," ujar Perry.

"Itu artinya apa? Itulah perbaikan daya beli. Khususnya bagi masyarakat berpenghasilan bawah dan menengah," sambungnya.

Dengan inflasi yang terjaga di bawah 4 persen, Perry bilang, kenaikan pendapatan sebesar 5 persen sudah dapat menjaga daya beli masyarakat.

Bank sentral meyakini, inflasi akan terjaga hingga penghujung tahun ini.

Baca juga: Tanggapan Bawaslu Soal Pernyataan Prabowo yang Suruh Warga Terima Politik Uang

Baca juga: Kemampuan Diragukan, tapi Pengamat Sebut Gibran Kuda Hitam pada Debat Cawapres Malam Ini