Siswa SMP Tewas di Padang

Imbas Polisi Cari Orang Pembuat Konten Kematian Siswa SMP Padang, Kini Polisi Trending di X

Trending di Twitter Polda Sumbar mencari pembuat konten yang menarasikan adanya penganiayaan yang dilakukan Polisi terhadap Afif Maulana .

Editor: Muhammad Ridho
kolase/tribunpadang
Kapolda Sumbar Bantah Siswa SMP di Padang Tewas Disiksa Polisi 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Berita kasus Siswa SMP Tewas di Padang yang diduga dianiaya Polisi menjadi trending di media sosial.

Topik ini makin panas setelah Polda Sumbar bakal mencari pembuat konten yang menarasikan adanya penganiayaan yang dilakukan Polisi terhadap Afif Maulana .

Topik polisi menjadi trending X bermula dari artikel Kompas.id berjudul 'Polda Sumbar Cari Orang yang Viralkan Kematian Afif Maulana akibat Disiksa Polisi' disebarkan netizen.

Kapolda Sumatera Barat (Sumbar), Irjen Pol Suharyono telah membantah isu yang menyebut Afif Maulana tewas dianiaya oknum polisi.

Suharyanto merasa menjadi korban trial by the press atau pengadilan oleh pers terkait dengan berita viral kematian Afif Maulana.

Ia menyatakan, hal itu merusak citra institusi Polri lantaran tak ada saksi dan bukti sama sekali.

Kendati demikian, tak sedikit dari warganet justru merasa kesal atas tindakan yang dilakukan oleh pihak kepolisian.

Bukannya sibuk mencari bukti sang pelaku yang melakukan tindak penganiayaan tetapi kepolisian malah mencari sosok yang memviralkan.

"Ngejar yang memviralkan mah sama aja kayak negjar orang yang teriak ada maling," timpal akun @YRadianto.

"Kebalik yg paduka.. harusnya polda nyari oknum pelaku kekerasan..bukan nyari pelaku yg memviralkan..lol," tulis akun @mrtweepsID dengan emoticon menangis.

"Bentar-bentar kayaknya ada yang salah disini tapi apa ya??? Mungkin Yang Mulia Cat Warrior ada yg bisa jawab," tulis akun @dhemit_is_back, Senin (24/6/24).

"Yang menyiksa yang dicari bukan yang membongkar dong," tulis akun X @Cyril Raoul Hakim.

"Yang harus dibenerin itu lembaganya, bukan citranya. Citra (kesan umum) itu, baik atau buruk, bakal muncul dengan sendirinya sesuai yang dilihat dan dirasakan masyarakat,"

Usai kasus kematian Afif Maulana ini mencuat, sontak langsung menuai beragam komentar dari warganet.

"Maaf yang mulia orang yg berkata "merusak citra institusi" itu hamba tidak mngetahui nya, dan sejak kapan instutusi itu baik citra nya?, hamba yang jelata ini tidak tau yg mulia paduka maharaja diraja," sambung akun @wenz_48.

"Apakah paduka tau berapa persen citra polisi Dimata masyarakat? @DivHumas_Polri @ListyoSigitP. Aku cinta polisi," tanya akun @ApriyantoDody.

Polda Sumbar Cari Pihak yang Viralkan Afif Maulana

Polisi terus mengusut kasus kematian Afif Maulana, anak berusia 13 tahun yang ditemukan meninggal dengan kondisi tidak wajar.

Jasad Afif Maulana ditemukan tewas mengapung di Sungai Batang Kuranji, dekat jembatan di Jalan Bypass, Kota Padang, Sumatera Barat, pada Minggu (9/6/2024) pukul 11.55 WIB.

Polda Sumatera Barat mencari pihak yang memviralkan informasi dugaan penyiksaan Afif Maulana anak 13 tahun di Kota Padang hingga tewas oleh polisi.

Kapolda Sumbar Irjen Suharyono menyebut pihaknya merasa menjadi korban trial by the press atau pengadilan oleh pers.

Dugaan penyiksaan tersebut mengemuka usai Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang mengungkapkan tubuh anak itu dipenuhi luka lebam, enam rusuknya patah, dan paru-paru robek.

LBH Padang mengaku menemukan unsur penganiayaan dalam kematian anak bernama Afif Maulana itu.

Irjen Suharyono menyebut viralnya kasus dugaan penyiksaan terhadap Afif telah merusak citra institusi Polri.

Menurutnya, tidak ada bukti Afif disiksa polisi hingga tewas.

Suharyono juga mengklaim tidak ada anak bernama Afif Maulana saat polisi menangkap 18 anak yang diduga hendak tawuran di Jembatan Kuranji, Padang, 9 Juni 2024 lalu.

"Polisi dituduh telah menganiaya seseorang sehingga berakibat hilangnya nyawa orang lain. Tidak ada saksi dan bukti sama sekali.

Dalam penyelidikan terhadap 18 pemuda yang diamankan (ditangkap), tidak ada yang namanya Afif Maulana," kata Suharyono, Minggu (23/6/2024).

Suharyono pun mengaku polisi akan mencari pihak yang memviralkan kematian Afif Maulana untuk dimintai keterangan untuk menguji informasi mengenai dugaan penyiksaan oleh polisi.

Propam Polda Sumbar sendiri telah memeriksa 30 anggota Sabhara Polda Sumbar yang terlibat menangkap remaja tawuran tersebut.

Dari kesaksian yang ada, Suharyono menyebut para Sabhara bertugas sesuai SOP.

"Dia harus (beri) testimoni, 'Apakah kamu benar melihat (kejadian), kamu kok ngomong begitu?

Kamu, kan, sudah trial by the press, menyampaikan ke pers sebelum fakta yang sebenarnya cukup bukti atau tidak. Atau kamu hanya asumsi dan ngarang-ngarang,'" kata Suharyono dikutip Kompas.id.

"Andaikata nanti ditemukan novum atau bukti baru bahwa ada oknum anggota bertindak sesuatu tidak sesuai SOP, pasti kami juga akan menegakkan hukum terhadap anggota yang menyimpang dari SOP itu."

Kronologi versi polisi

Suharyono menyampaikan bahwa polisi telah menghimpun kronologi patroli polisi yang diduga terkait kematian Afif Maulana.

Pada 9 Juni dini hari, 30 personel Sabhara yang tengah berpatroli mencegat serombongan remaja di dekat Jembatan Kuranji.

Rombongan remaja itu diduga hendak tawuran dan Afif disebut berada di rombongan tersebut.

Polisi lalu menangkap 18 remaja di lokasi dan menemukan sejumlah senjata tajam berserakan di jalan.

Polisi mengatakan, Afif Maulana tidak ada di antara 18 remaja yang ditangkap.

Seorang remaja ditahan di Polda Sumbar karena membawa senjata tajam, 17 remaja lain dipulangkan.

"Dalam penyelidikan terhadap 18 orang yang diamankan (ditangkap), tidak ada yang namanya Afif Maulana," kata Suharyono.

Pada 9 Juni pukul 11.55 WIB, mayat Afif Maulana ditemukan di bawah Jembatan Kuranji, dekat lokasi pencegatan polisi.

Sepeda motor Afif dibawa polisi, tetapi Suharyono menegaskan remaja itu tidak ikut ditangkap.

Suharyono menerangkan, rekan yang memboceng Afif saat kejadian, Aditya mengaku diajak terjun ke sungai, tetapi menolak.

"Afif Maulana sebelumnya mengajak Aditya terjun ke sungai. Korelasinya, saya tidak menyimpulkan dulu, karena lidik dan sidik belum selesai, tapi boleh jadi masuknya Afif Maulana ke sungai, apakah ada akibat lain, kami sedang memeriksa secara mendalam," katanya.

Menurut Suharyono, pihaknya masih menunggu hasil autopsi jenazah Afif Maulana.

Polisi belum bisa bicara banyak mengenai luka-luka yang ditemukan pada mayat Afif Maulana.

"Kami menunggu penyebab luka-luka itu, apakah jatuh dari motor, jatuh (setinggi) 30 meter dari jembatan, atau lebam-lebam mayat yang muncul setelah korban jatuh dan ditemukan tujuh jam kemudian," kata Suharyono. 

( Tribunpekanbaru.com )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved