Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Penganiayaan Anak di Daycare Depok

Ririn yang Tak Tega Lihat Penganiayaan Balita di Depan Mata, 'Lebih Baik Kehilangan Pekerjaan'

Polisi sejauh ini masih memeriksa MI pemilik Daycare. Pemeriksaan dilakukan pada psikologi MI yang hanya mengaku khilaf

Editor: Budi Rahmat
KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI
Meita Irianty pemilik Daycare jadi tersangka kasus penganiayaan anak, kini ditahan lagi hamil 4 bulan. Motifnya karena khilaf. 

Penganiayaan di depan guru

Setelah hari-hari penganiayaan tersebut, Meita justru tampak terbuka melakukan kekerasan terhadap MK.

Bahkan, sampai di depan guru-guru. Melihat hal ini, sang guru pun tidak bisa berbuat banyak. Sebab, pelaku merupakan atasan yang mempekerjakannya.

“Sering kayak kepalanya ditoyor. Kan sampai dilempar tisu (pak), dilempar kerudungnya, dan semua guru ada di situ, menyaksikan hal itu," ujarnya.

“Sempat dilempar tisu, terus sama kerudungannya yang bekas dia pakai itu dilempar ke anak tersebut, terus baju yang bekas dia pakai itu dilempar ke anak tersebut," lanjutnya.

Baca juga: Inilah Kondisi Balita yang Dibanting Meita Irianty di Daycare, Kepribadian Pelaku Dibongkar Pegawai

Ternyata Banyak Korbannya

Ririn mengungkapkan, MK bukan satu-satunya korban penganiayaan Meita.

Balita yang masih berusia 9 bulan justru juga mendapatkan kekerasan dari pelaku.

Tentunya, hal ini Ririn ketahui berdasarkan hasil rekaman CCTV yang telah dia saksikan.

“Yang satunya sih, yang saya lihat dari CCTV itu, tangannya ditenteng kayak anak kucing gitu. Terus, kepalanya itu langsung ditoyor ke tempat tidur,” ungkap guru tersebut.

“Sekitar sembilan bulan (usianya). Bahkan ada video terbarunya bahwa anak bayi itu diinjak,” tambah dia.

Dijadikan Pembantu

Sebagai guru daycare, dia mengaku bahwa dia dan rekan seprofesinya diperlakukan bak pembantu oleh Meita.

Menurutnya pada saat wawancara kerja disebutkan bahwa dia bakal menjadi guru sekaligus mengasuh di tempat penitipan anak tersebut. Namun, kenyataan berkata lain.

“Kami (para guru daycare) diperlakukan selayaknya pembantu sih ya. Kenapa kami bilangnya selayaknya diperlakukan pembantu? Karena tidak sesuai dengan jobdesk kami,” ujarnya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved