Kasus Ekshibisionisme di Riau

Kakek Pamer Kelamin ke Gadis Remaja Diamankan Polisi di Inhil Riau, Apa Penyebab Ekshibisionisme?

Kakek berinisial RAC yang pamer alat kelamin pada gadis remaja, telah diamankan oleh Polsek Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau.

Penulis: T. Muhammad Fadhli | Editor: Ariestia
Istimewa
Kakek berinisial RAC yang pamer alat kelamin pada gadis remaja, telah diamankan oleh Polsek Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau. 

Mendengar hal tersebut orangtua YA pun terkejut dan tidak senang sehingga melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Pulau Burung untuk pengusutan lebih lanjut.

Apa Saja Faktor Penyebab Ekshibisionisme?

Kasus ekshibisionisme seperti yang dilakukan oleh kakek RAC cukup sering terjadi.

Baca juga: Di Usia Senja Kakek Ini Punya Fantasi Aneh, Kerap Pamer Alat Vital sambil Menjaga Toilet

Ekshibisionisme adalah aksi pria yang gemar memamerkan alat kelaminnya di tempat umum semakin marak,

Ekshibisionisme diketahui semacam penyakit gangguan mental.

Di mana seseorang menampilkan alat kelaminnya pada orang asing tanpa persetujuan.

Menurut ahli psikologi forensik, Kasandra Putranto, perilaku menyimpang yang semakin marak terjadi dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Salah satunya, kata Kasandra, perilaku tersebut didorong oleh faktor genetik berupa dorongan seksual yang tinggi yang tak terkendali.

"Dorongan seksual yang tidak diiringi dengan kemampuan untuk mengendalikan dorongan dari dalam diri dan keterampilan sosial yang cukup memadai," ucap Kasandra kepada Kompas.com, Selasa (21/11/2023).

Kemudian, Kasandra menilai, faktor pola asuh juga bisa berdampak kepada perkembangan profil psikologis seseorang dengan kebutuhan yang tinggi untuk menampilkan diri secara seksual.

"Selain faktor narsisme, kebutuhan akan validasi sosial, atau masalah kepercayaan diri yang rendah," ujar dia lagi.

Di sisi lain, Kasandra tak menampik ekshibisionis ini merupakan dampak pornografi yang berasal dari paparan media sosial. Hal ini membuat sering terjadi pergeseran nilai norma sosial dan budaya.

"Selain itu, ada keterbatasan pendidikan seksual yang minim informasi tentang batasan perilaku seksual yang tepat," kata dia.

Faktor lingkungan sosial dan keluarga yang gagal, kata dia, dapat mempromosikan atau justru mengabaikan batasan perilaku seksual yang sesuai norma juga turut mendorong perilaku menyimpang ini.

"Selain itu, kemajuan teknologi yang memberikan kesempatan untuk melakukan perilaku menyimpang secara online," ucap Kasandra.

 

(Tribunpekanbaru.com/T. Muhammad Fadhli).

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved