Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Pilkada Riau 2024

Hindari Kemunculan Isu SARA dan Isu Primordial, Pilkada Riau Rawan Konflik

Indeks kerawanan pemilu dalam Pilkada serentak di Riau masuk dalam kategori sedang sesuai yang dirilis oleh Bawaslu.

Penulis: Fernando | Editor: FebriHendra
tribunpekanbaru.com/johanes tanjung
Penghitungan suara saat Pemilu 2024 lalu di sebuah TPS di Pelalawan. Menghadapi Pilkada serentak 2024, Riau rawan akan konflik berdasarkan pemetaan Bawaslu. 

Hindari Kemunculan Isu SARA dan Isu Primordial
Oleh: Dr Tito Handoko S.IP, M.Si
Pengamat Politik Universitas Riau

Dr Tito Handoko S.IP M.Si Pengamat Politik Universitas Riau
Dr Tito Handoko S.IP M.Si Pengamat Politik Universitas Riau (istimewa)

KONFLIK dalam pilkada serentak bisa dihindari dengan tidak mengemukakan isu berbau SARA dan primordial atau kesukuan. Pilkada Riau punya potensi konflik ketika kedua isu tersebut muncul jelang proses pendaftaran maupun saat kampanye pasangan calon kepala daerah.

Indeks kerawanan pemilu dalam Pilkada serentak di Riau masuk dalam kategori sedang sesuai yang dirilis oleh Bawaslu. Ada banyak indikator yang membuat Riau masuk dalam kategori sedang untuk kategori kerawanan.

Indikator tersebut di antaranya tentang isu sosial, konflik sara, kerusuhan hingga tapal batas. Walau punya potensi kerawanan sedang, tapi konflik terbuka cukup jarang terjadi.

Kondisi ini jangan sampai terabaikan, karena bisa saja menjadi potensi yang memicu konflik terbuka setelah dipancing oleh isu SARA. Potensi konflik harus jadi perhatian khusus, karena selain dipicu isu SARA, konflik juga bisa dipicu isu kesukuan.

Potensi munculnya isu kesukuan sangat besa, karena masyarakat Riau yang berasal dari beragam suku. Isu ini juga punya potensi serupa dengan munculnya isu agama.

Adanya beragam potensi konflik ini tentu beragam kerawanan bisa terlihat. Cara menghindari munculnya isu ini dalam pilkada bisa disikapi dengan melibatkan semua pihak.

Mereka bisa menyampaikan kampanye yang tidak melibatkan isu SARA dan primordial. Kondisi ini membuat adanya potensi pergesekan.
Sebagian acuan, Riau cukup heterogen karena ada banyak suku dan agama.

Semua potensi konflik ini bisa dibendung dengan mewujudkan pilkada yang harmonis. Semua pihak harus ikut menjaga kondusivitas sehingga dapat mewujudkan pilkada yang aman dan damai.

Banyak aspek sebenarnya yang bisa memicu konflik terjadi dalam pilkada. Semua konflik itu tidak akan terjadi, tapi harus melibatkan semua pihak dalam kontestasi politik ini.

Ketika masuk dalam kerawanan sedang, sebenarnya potensi konflik itu sudah ada. Walau sampai saat ini belum ada konflik terbuka, tapi
penyelenggara pemilu dan aparat terkait harus aktif mengantisipasi kemunculan isu di rumah ibadah hingga isu primordial.

Selain itu, semua elemen masyarakat harus ikut aktif menjaga kondusivitas selama pilkada. Mereka jangan menyampaikan isu SARA dalam kampanye pasangan calon.

Tapi fokus pada isu strategis dan pembangunan. Lalu sampaikan prestasi yang diraih. Dalam kampanye juga bisa disampaikan tawaran apa dari para kandidat, sehingga pasangan calon bisa dipilih tanpa melihat ada aspek primordial.

Untuk mewujudkan situasi pilkada yang kondusif, tentu harus ada sinergi semua pihak untuk menjaga kondusivitas. Tokoh masyarakat bisa muncul memberi kesejukan dengan menggelar deklarasi damai. Aksi ini jelas menyejukkan situasi.

Tokoh masyarakat harus menggandeng masyarakat agar ikut ambil bagian dalam pilkada damai. Mereka jangan sampai jadi bagian yang memicu isu SARA isu primordial. Maka mulai saat ini, hindari munculnya isu berbau SARA dan primordial. (Tribunpekanbaru.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved